Filsafat
Pendidikan Idealisme
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Idealisme berasal dari
bahasa Latin yaitu idea atau kadang
juga digunakan istilah mentalism yang
berarti ide atau gagasan yang hadir dari dalam jiwa. Dengan kata lain,
idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan
bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan
roh. Idealisme meyakini bahwa kenyataan terdiri dari substansi ide-ide atau
gagasan-gagasan. Alam fisik tergantung dari jiwa universal atau Tuhan. Artinya
alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Inti dari idealisme
merupakan suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir,
atau pendirian daripada sebagai suatu penekanan obyek-obyek dan daya-daya
material. Untuk itu, paham ini menekankan akal-pikir sebagai hal dasar atau
lebih dulu ada daripada materi dan menganggap bahwa akal-pikir adalah sesuatu
yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir
tersebut.
Idealisme terbagi
menjadi tiga jenis, yakni (1) idealisme subyektif, (2) idealisme obyektif, dan
(3) idealisme personal. Idealisme
subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa, dan persepsinya merupakan segala
yang ada. Obyek pengalaman adalah suatu persepsi. Benda-benda ada, namun hanya
ada dalam akal yang mempersepsikannya. Idealisme
obyektif percaya bahwa alam terbagi menjadi dua bagian, yakni dunia
persepsi atau dunia penglihatan yang kongkrit, temporal, dan rusak serta dunia
konsep, ide, universal, atau esensi yang abadi. Paham ini meyakini bahwa ide-ide
adalah contoh yang transenden dan asli, sedangkan persepsi dan benda-benda
individual adalah bayangan dari ide-ide tersebut. Idealisme personal berpendirian bahwa realitas dasar bukan
merupakan pemikiran yang abstrak, melainkan suatu jiwa yang merupakan satuan
kehidupan yang tak dapat diperkecil lagi. Alam merupakan tata tertib yang
obyektif, walaupun alam tersebut tidak berdiri sendiri. Manusia mengatasi alam
jika ia mengadakan interpretasi terhadap alam tersebut.
Secara umum aliran
idealisme beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam berasal dari
ruh, yakni sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau benda
hanyalah suatu jenis dari penjelmaan ruh tersebut. Untuk itu, nilai ruh lebih
tinggi daripada badan dan dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya.
Dalam pandangan
idealisme, mengetahui realitas tidaklah melalui sebuah pengalaman melihat,
mendengar, atau meraba, namun sebagai tindakan menguasai ide dan memeliharanya
dalam akal pikiran. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pengetahuan tidak didasarkan pada sesuatu yang datang dari luar, melainkan pada
sesuatu yang telah diolah dalam ide dan pikiran. Untuk itu, proses untuk
mengetahui dapat dilakukan dengan mengenal atau mengenang kembali ide-ide
tersembunyi yang telah terbentuk dan telah ada dalam pikiran.
Nilai kebaikan menurut
aliran idealisme dipandang dari sudut Diri Absolut. Hal ini terjadi ketika
manusia dapat menyelaraskan diri dengan Yang Absolut sebagai sumber moral etik.
Dengan demikian, nilai tersebut merupakan sesuatu yang mutlak, abadi, tidak
berubah, dan bersifat universal.
Aliran idealisme cukup
berpengaruh dalam dunia pendidikan saat ini. Pendidikan idealisme bertujuan
agar anak didik memiliki kehidupan bermakna, memiliki kepribadian harmonis, dan
pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lain untuk hidup lebih baik.
Hal ini mengindikasikan bahwa perlunya persaudaraan antar manusia. Dalam
pandangan ini, guru merupakan personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya,
guru merupakan fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal
dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas pembelajaran. Untuk itu, guru
harus memiliki pengetahuan yang lebih dan ahli daripada anak didik. Selain itu,
guru haruslah memiliki pribadi yang baik, sehingga disegani oleh anak didik.
Kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang
obyektif. Pengalaman harus lebih dominan daripada pengajaran yang text book. Metode pembelajaran
diutamakan menggunakan metode dialektik, yakni menggunakan dialog atau
percakapan dua arah. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian,
bakat, dan kemampuan dasarnya. Dengan demikian pendidikan idealisme berupaya
agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan ide-ide yang diperlukan oleh
semua orang manusia secara universal.
EmoticonEmoticon