Kemampuan Komunikasi Matematis
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Komunikasi
melalui interaksi sosial berperan penting dalam membina pengetahuan matematika
siswa. Melalui tindakan tersebut guru dapat membantu siswa dalam meningkatkan
dan memperbaiki pengetahuan matematika siswa. Untuk itu, interaksi antara siswa
dengan guru dan teman lainnya merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran
termasuk pembelajaran matematika.
Menurut Roger
(dalam Astuti, 2009) mengartikan komunikasi sebagai “...proses
partisipan/peserta saling berbagi informasi satu sama lain guna mencapai
pengertian timbal balik”. Selanjutnya menurut Abdulhak (dalam Ansari, 2003) “komunikasi
dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima melalui
saluran tertentu untuk tujuan tertentu”. Kemudian Mulyadinata (dalam Astuti,
2009) mengemukakan bahwa “komunikasi merupakan salah satu keterampilan proses,
yaitu berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan atau menerima
gagasan/ide agar lebih kreatif, baik melalui lisan maupun tulisan.
Berdasarkan
paparan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian dan penerimaan informasi antara dua orang atau lebih, baik lisan
maupun tulisan. Beberapa faktor yang terdapat pada komunikasi, diantaranya: (1)
pemberi informasi (komunikator), (2) penerima informasi (komunikan), dan (3)
pesan/informasi itu sendiri.
Baroody (dalam
Ansari, 2003) mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi adalah kemampuan siswa
yang dapat diukur melalui aspek-aspek, sebagai berikut:
1. Representasi (representing)
Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu
masalah atau ide, suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol kata-kata.
2. Mendengar (listening)
Mendengar merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses
komunikasi. Tanpa aktivitas mendengar, tidak akan ada proses komunikasi.
3. Membaca (reading)
Membaca yang dimaksud adalah membaca aktif. Membaca aktif berarti
membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung
jawaban yang relevan dengan pertanyaan (permasalahan yang ingin diselesaikan).
4. Diskusi (discussing)
Diskusi ide antar siswa merupakan cara yang baik dalam menjauih
ketidakkonsistenan. Dengan kata lain, siswa akan mencapai suatu keberhasilan
kemurnian berpikir. Diskusi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
5. Menulis (writing)
Menulis adalah suatu aktivitas untuk mengungkapkan gagasan, ide, atau
pemikiran. Dalam proses komunikasi, menulis berperan untuk merangkum kesemuaan
yang telah dilaksanakan, dituangkan dalam bahasa sehingga lebih mudah dipahami
dan lebih lama tersimpan dalam ingatan.
Komunikasi
matematis menurut Schoen, dkk. (dalam Ansari, 2003) adalah
“kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu alogaritma dan cara unik
untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengontruksi dan menjelaskan sajian
fenomena dunia nyata secara grafik, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel, dan
sajian secara fisik”.
Sedangkan menurut Greenes dan
Schulman (dalam Ansari, 2003) menyatakan bahwa komunikasi matematis adalah:
“kemampuan (1) menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan,
demonstrasi, dan melukiskan secara visual tipe yang berbeda, (2) memahami,
menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau bentuk
visual, dan (3) mengonstruk, menafsirkan, dan menghubungkan bermacam-macam
representasi ide dan hubungannya”.
Selanjutnya Sullivan dan Mousley
(dalam Ansari, 2003) menegaskan bahwa
“komunikasi
matematis bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas
lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan,
mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan apa yang telah
dipelajari”.
Ansari (2003)
membagi komunikasi matematis menjadi dua, yaitu “...komunikasi matematis lisan
dan komunikasi matematis tulisan”. Komunikasi matematis lisan diartikan sebagai
suatu peristiwa saling berinteraksi (dialog) yang terjadi dalam suatu kelas
atau kelompok kecil mengenai pengalihan pesan berisi tentang materi dalam
matematika yang sedang dipelajari. Sedangkan komunikasi matematis tulisan
adalah kemampuan siswa dalam menggunakan kosakatanya, notasi, dan struktur matematis
baik dalam bentuk penalaran, koneksi, maupun problem solving.
Kemampuan
komunikasi matematis penting dibangun dalam diri siswa agar dapat:
1. Memodelkan situasi dengan tertulis, lisan, grafik, gambar, dan
secara aljabar.
2. Merefleksikan dan mengklarifikasi pemikiran mengenai gagasan
matematis dalam berbagai situasi.
3. Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan matematis termasuk peranan
definisi dalam matematika.
4. Menggunakan keterampilan membaca, menulis, dan mendengar untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematis.
5. Mengkaji gagasan matematis dengan alasan yang meyakinkan.
6. Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan
gagasan matematika.
Baroody (dalam
Ansari, 2003) menyatakan setidaknya ada dua alasan penting mengapa komunikasi
dalam pembelajaran matematika perlu dikembangkan, yakni pertama “mathematics
as language, an invaluable tool for communicating a variety of ideas clearly,
precisely, and succinctly”, artinya matematika tidak hanya sekedar alat
bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, atau alat untu menyelesaikan
masalah, melainkan matematika sebagai bahasa, alat untuk berkomunikasi berbagai
ide secara jelas, tepat, dan ringkas. Kedua “mathematics learning as social activity, nurturing children’s mathematical
potensial”, artinya matematika sebagai kegiatan sosial, memelihara potensi
matematis siswa.
Pada saat
pembelajaran matematika, komunikasi berperan penting dalam mengembangkan
pengetahuan siswa. Program pembelajaran matematika di sekolah yang baik salah satunya
adalah perlu menekankan siswa dalam menggunakan bahasa matematis untuk
mengekspresikan ide-ide matematis secara benar.
Referensi
Ansari, B. I. (2003). Menumbuhkembangkan
Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa melalui Strategi
Think-Talk-Write. (Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.
Astuti, R. (2009). Studi
Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa pada
Kelompok Siswa yang Belajar Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Metakognitif
dan Kelompok Siswa yang Belajar dengan Pembelajaran Biasa. (Tesis). Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
EmoticonEmoticon