Faktor
Internal yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Setiap individu yang hidup akan mengalami 8 ciri-ciri
makhluk hidup, salah satu cirinya adalah perkembangan. Sesuai dengan pandangan
Santrock & Yussen, 1992 (dalam Amin Budiamin, dkk., 2006) perkembangan
adalah pola perubahan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus
berlangsung sepanjang hayat. Proses perubahan pada perkembangan menyangkut
aspek-aspek psikis atau rohaniah yang menunjukkan peningkatan kualitas, yaitu
peningkatan dan penyempurnaan fungsi. Sebagai individu yang sedang berkembang
maka anak tingkat sekolah dasar dipengaruhi oleh interaksi antara dua faktor
yang sangat penting, yaitu faktor keturunan (hereditas) dan lingkungan. Kali
ini penulis akan membahas satu faktor terlebih dahulu yaitu faktor keturunan.
Faktor keturunan merupakan faktor internal yang bersumber dalam diri manusia.
Keturunan atau dalam bahasa Inggris adalah heredity merupakan segala ciri, sifat
dan kemampuan yang dimilki individu karena kelahirannya yang diterima dari
kedua orang tuanya. Faktor ini tidak dapat diukur jika orang tua tidak mau
anaknya seperti mereka, yang dapat dilakukan adalah memperbaiki atau
mengembangkan potensi yang ada. Ada dua jenis sifat yang diturunkan secara
hereditas, yaitu sifat intelektual dan sifat temperamen (kepribadian). Setiap
anak mewariskan kualitas intelektual dan temperamen yang berbeda.
1. Potensi
Intelektual
Setiap anak memiliki kualitas intelektual
yang berbeda-beda, ada yang memiliki kualitas tinggi, sedang, dan rendah. Anak
yang memiliki intelektual semakin tinggi maka baginya akan cepat dan mudah
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Sebaliknya jika memiliki intelekual semakin
rendah maka baginya semakin lambat tugas-tugas perkembangan tercapai. Bahkan
ada anak yang tidak dapat mencapai tugas perkembangannya. Hal ini dapat
terlihat dari Intelligence Quotient
(IQ) yang dimiliki anak. IQ adalah angka yang menjelaskan tingkat kecerdasan
anak.
Lebih jelasnya menurut Setiawati dan Ima
Ni’mah Chudari (2007, hlm. 43) tingkat kecerdasan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Kelas Interval Skor IQ
|
Klasifikasi
|
140 – ke atas
|
Genius
(Luar Biasa)
|
120 – 139
|
Very
Superior (Sangat Cerdas)
|
110 – 119
|
Superior
(Cerdas)
|
90 – 109
|
Normal (Average)
|
80 – 89
|
Dull
(Bodoh)
|
70 – 79
|
Border
Line (Batas Normal)
|
50 – 69
|
Morrons
(Debiel)
|
30 – 49
|
Embicile
(Embisiel)
|
Dibawah 30
|
Idiot
|
Genius merupakan tingkat tertinggi dari
kecerdasan manusia, orang genius memiliki kecerdasan luar biasa, umumnya mereka
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menemukan hal baru walaupun
ia tidak sekolah. Selanjutnya anak-anak yang very superior atau sangat cerdas
mereka lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan yang sangat baik
mengenai bilangan, pembendaharaan kata yang luas, dan cepat memahami pengertian
yang abstrak. Sedangkan anak cerdas mereka sangat berhasil dalam pekerjaan sekolahnya.
Kemudian tingkat kecerdasan normal merupakan tingkat yang sangat banyak
populasinya, mereka berada pada tingkat kecerdasan rata-rata. Dibawah tingkat
kecerdasan normal adalah manusia dengan tingkat kecerdasan rendah, terdiri dari
dull (bodoh) berada dibawah normal
yang agak lambat dalam belajarnya sehingga anak ini dapat memasuki sekolah
tingkat dasar tetapi memerlukan bimbingan khusus secara terus menerus dari
guru. Hal ini mengharuskan guru memiliki jiwa perhatian, ketekunan,
kreativitas, dan kesabaran untuk membimbing anak. Selanjutnya border line (batas normal) merupakan
tingkat kecerdasan dibawah dull yang
masih bisa dibimbing seperti halnya anak pada tingkat dull namun harus lebih intens. Morrons
(debiel) anak ini mampu menguasai kemampuan yang bersifat keterampilan yang
sedikit kompleks, misalnya melipat dan menyusun, mereka merupakan kelompok yang
harus dimasukkan ke sekolah luar biasa. Embicile
(embisiel) anak ini paling tinggi hanya mampu dilatih untuk menguasai
keterampilan yang sederhana yaitu berkaitan dengan perawatan dirinya sendiri.
Terakhir idiot, anak idiot merupakan tingkat kecerdasan yang paling rendah
diantara tingkat lain yang dimiliki manusia maka akibatnya anak tidak memiliki
kemampuan apa-apa bahkan mengurus dirinya sendiri mereka tidak mampu, juga
tidak dapat membedakan mana yang boleh atau tidak boleh dimakan. Sudah tentu
anak ini tidak dapat belajar atau dididik. Semua tingkat kecerdasan itu akan
guru temui disekolahnya, oleh karena itu perlu pemahaman yang khusus agar dapat
menyikapi potensi intelekual anak tersebut, sehingga tidak ada anak emas di
kelas atau anak yang dibangga-banggakan, sejatinya semua anak harus mencapai
kompetensi yang sama.
2. Temperamen
(Kepribadian)
Kepribadian setiap anak akan mewarnai
interaksi di lingkungannya, misalnya saja di sekolah, khususnya di kelas. Guru
kelas akan menemukan anak dengan berbagai tingkah laku. Temperamen merupakan
sebagian dari kepribadian. Menurut Amin Budiamin, dkk. (2006, hlm. 20)
kepribadian adalah sifat-sifat khas seseorang yang menentukan kecenderungan
orang itu dalam bertingkah laku. Kepribadian itu diperoleh dari hereditas dan
belajar, yaitu melalui pembiasaan-pembiasaan dalam menghadapi lingkungan.
Kepribadian ini terkait erat dengan sifat-sifat emosional dan sosial dalam
menghadapi lingkungan.
Temperamen merupakan sifat-sifat emosi dan
sosial yang sudah dibawa sejak lahir, dan bukan merupakan hasil belajar.
Semenjak lahir anak sekolah dasar sudah memiliki sifat emosi dan sosial dalam
menghadapi lingkungan. Menurut Yung, 1947 (dalam Amin Budiamin, dkk., 2006,
hlm. 20) bahwa ada dua jenis temperamen, yaitu introvert dan ekstrovert.
Anak sekolah dasar memiliki temperamen introvert
cenderung menampakkan sifat-sifat sebagai berikut:
a. Pendiam,
tertutup dan menunjukkan sifat-sifat dingin atau perasaan sepi.
b. Sukar
bagi mereka untuk memulai hubungan dengan orang lain.
c. Cenderung
melakukan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat subjektif, sehingga sukar
untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain dan selalu menuntut pembenaran
dari orang lain.
d. Mudah
tersinggung dan mudah mencurigai orang lain sehingga tidak tahan terhadap
kritikan.
e. Emosi
yang dingin sehingga teman sebaya kurang senang bergaul dengannya.
Sedangkan anak-anak sekolah dasar yang
memiliki temperamen ekstrovert menampakkan
tingkah laku sebagai berikut:
1) Mudah
bergaul, banyak berbicara dan ramah.
2) Mudah
membina keakraban dengan anak lain dan memiliki dorongan yang kuat untuk
memulai hubungan.
3) Cenderung
melakukan pertimbangan yang bersifat objektif. Mudah memahami pikiran dan
perasaan orang lain, sehingga mudah menyesuaikan pikiran atau pertimbangannya
dengan pikiran dan pertimbangan orang lain.
4) Tabah,
tidak mudah tersinggung, dan tahan kritikan. Hampir tidak memiliki sifat curiga
terhadap orang lain.
5) Emosi
yang hangat, periang, dan impulsif.
Walaupun terdapat dua jenis temperamen,
namun bisa jadi ada anak yang tidak dominan disalah satu dan cenderung gabungan
antara keduanya, hal ini tidak menjadi masalah. Sehingga diharapkan tingkah
laku anak terkontrol dengan baik di sekolah maupun keluarga. Guru perlu
memahami sifat-sifat khas anak, sehingga dapat memberikan pelayanan yang sesuai
dan pembelajaran menjadi lebih efektif.
Daftar Pustaka
Budiamin,
Amin., dkk. (2006). Perkembangan Peserta
Didik Edisi Kesatu. Bandung: UPI PRESS.
Setiawati
dan Chudari, Ima Nimah. (2007). Bimbingan
dan Konseling Edisi Kesatu. Bandung: UPI PRESS.
EmoticonEmoticon