Media Pembelajaran Video
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Media
pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. “Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian
pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan
hasil belajar” (Murafokah, 2009, hlm. 104).
Media
pembelajaran video dapat digolongkan ke dalam jenis media audio visual aids (AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar.
Video berasal dari bahasa Latin, video,
vidi, dan visum, yang berarti melihat, mempunyai daya penglihatan, dan
dapat melihat. Secara bahasa, video berarti rekaman, gambar hidup, atau program
televisi untuk ditayangkan lewat televisi atau tayangan gambar gerak yang
disertai dengan suara. Arsyad (2011, hlm. 49) menyatakan bahwa “video merupakan
gambar-gambar dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa
proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup”.
Berdasar
sejumlah pengertian tersebut, disimpulkan bahwa video merupakan jenis media
audio-visual yang dapat menggambarkan suatu objek bergerak dan suara. Video
dapat melukiskan gambar hidup dan suara yang menjadi daya tarik tersendiri.
Anderson (1987,
hlm. 104) mengemukakan sejumlah tujuan dari pembelajaran menggunakan media
pembelajaran video, sebagai berikut:
1. Tujuan kognitif
a. Dapat mengembangkan kemampuan kognitif terkait kemampuan mengenal
kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak dan sensasi.
b. Dapat menunjukkan rangkaian gambar diam tanpa suara sebagaimana
media foto atau film bingkai.
c. Dapat digunakan untuk menunjukkan contoh cara bersikap atau
berbuat dalam suatu penampilan, khususnya menyangkut suatu proses.
2. Tujuan afektif
Video dapat menjadi media yang baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.
3. Tujuan psikomotorik
a. Video tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan terkait
gerak. Video dapat memperjelas gerak, baik dengan cara memperlambat ataupun
mempercepat gerakan yang ditampilkan.
b. Melalui video, siswa langsung mendapat umpan balik secara
audio-visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba keterampilan,
khususnya terkait gerak.
Meninjau
sejumlah tujuan yang dipaparkan tersebut, jelas bahwa peran video dapat
dimanfaatkan untuk hampir semua topik, setiap model pembelajaran, dan setiap
ranah. Pada ranah kognitif, siswa dapat mengobservasi rekreasi dramatis dari
kejadian sejarah masa lalu, rekaman aktual dari peristiwa terkini, dan
sebagainya. Di sisi lain, unsur warna, suara, dan gerak mampu membuat karakter
pada video berasa hidup. Melihat video setelah atau sebelum membaca teks, dapat
memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar. Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan
unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Pada ranah psikomotorik,
video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja, video
yang merekam kegiatan motorik/gerak dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengamati dan mengevaluasi kembali kegiatan tersebut.
Sebagai media
non cetak, video kaya akan informasi untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
karena pembelajaran dapat sampai ke peserta didik secara langsung. Selain itu,
video menambah dimensi baru dalam pembelajaran, peserta didik tidak hanya
melihat gambar dari media cetak dan suaru dari program audio, melainkan dalam
video, peserta didik dapat memperoleh keduanya, yakni gambar bergerak disertai
suara.
Adapun manfaat
media pembelajaran video menurut Prastowo (2012, hlm. 302), antara lain:
1. Memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada peserta didik;
2. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin
bisa dilihat;
3. Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu;
4. Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu
keadaan tertentu; dan
5. Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya
yang dapat memicu diskusi peserta didik.
Karakteristik
media pembelajaran video yang baik menurut Susilana dan Riyana (2007, hlm.
8-11), sebagai berikut:
1. Clarity of message (kejelasan
pesan)
Melalui media pembelajaran video, siswa dapat memahami pesan
pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh
sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan dalam memori jangka panjang
dan bersifat retensi.
2. Stand alone (berdiri
sendiri)
Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak
harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.
3. User friendly
(bersahabat/akrab dengan pemakainya)
Media pembelajaran video menggunakan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti, dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil
bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai
dalam merespon, dan mengakses sesuai dengan keinginan.
4. Representasi isi
Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau
demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sains dapat
dibuat menjadi media pembelajaran video.
5. Visualisasi dengan media
Materi dikemas secara multimedia berisi teks, animasi, suara, dan video
sesuai tuntutan materi. Materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses,
sulit terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikan, dan memiliki tingkat
keakurasian tinggi.
6. Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi
Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rekayasa
digital dengan resolusi tinggi tetapi support
untuk setiap spech sistem
komputer.
7. Dapat digunakan secara klasikal atau individual
Media pembelajaran video dapat digunakan oleh para siswa secara
individual, tidak hanya dalam setting sekolah,
tetapi juga di rumah. Video dapat juga digunakan secara klasikal dengan jumlah
siswa yang cukup banyak .
Daryanto (2011,
hlm. 79) mengemukakan sejumlah kelebihan
penggunaan media pembelajaran video, antara lain:
1. Video menambah dimensi baru dalam pembelajaran, video menyajikan
gambar bergerak kepada siswa disertai suara.
2. Video dapat menampilkan suatu fenomena yang sulit diamati secara
nyata.
Sedangkan
kekurangannya menurut Daryanto (2011, hlm. 79), di antaranya:
1. Pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan timbulnya keraguan
dalam menafsirkan gambar yang dilihat.
2. Video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar.
3. Pembuatan video memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Referensi
Anderson,
R. H. (1987). Pemilihan dan Pengembangan
Media untuk Pembelajaran. Jakarta: PAU-UT.
Arsyad,
A. (2011). Media Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Press.
Daryanto
(2011). Media Pembelajaran. Bandung:
Satu Nusa.
Murafokah,
A. (2009). Strategi Belajar Mengajar.
Yogyakarta: TERAS.
Prastowo,
A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan
Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Susilana,
R, & Riyana, C. (2007). Media
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
EmoticonEmoticon