Motorik Kasar
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Motorik atau
gerak dimiliki oleh setiap orang sejak masih bayi dan sudah nampak, terutama
pada gerak refleks. Melalui gerak, maka seseorang bisa melaksanakan aktivitas
sehari-hari. “Aktivitas gerak diciptakan melalui proses dari integrasi panca
indera, motorik dapat dilakukan adanya koordinasi mata dengan tangan atau mata
dengan kaki” (Saputra dan Rudyanto, 2005, hlm. 18). Melalui gerak dapat
meningkatan fungsi kognitif anak, seperti gerak koordinasi mata dengan tangan
(gerakan melempar, menangkap, mendorong, memukul, mengangkat, dan sebagainya),
dan gerak koordinasi antara mata dengan kaki (gerakan berjalan, berlari,
melompat, menendang, menggiring, dan sebagainya).
Motorik atau
gerak kasar adalah keterampilan anak beraktivitas menggunakan otot-otot besar.
Keterampilan yang menggunakan otot besar merupakan keterampilan gerak dasar.
Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh seseorang karena dapat melakukan
aktivitas sehari-hari. Tanpa memiliki gerak yang bagus akan menjadi hambatan,
tidak dapat bermain bersama teman-teman, seperti berlari, melompat, mendorong,
melempar, menangkap, menendang, dan sebagainya. “Kegiatan tersebut memerlukan
dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang” (Moeslichatoen, 2004,
hlm. 13).
Berdasar
sejumlah pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motorik kasar adalah
aktivitas yang dilakukan oleh siswa atau seseorang yang melibatkan otot-otot
besar pada tangan dan kaki. Aktivitas pada tangan dan kaki juga melibatkan
anggota badan yang lain, seperti mata, mata dapat bekerjasama dengan kaki,
misalnya berjalan, berlari, menendang, menginjak, dan sebagainya. Koordinasi
tangan dengan mata, seperti mendorong, melempar, menangkap, mengangkat, dan
sebagainya.
Harianti (2005,
hlm. 7) mengemukakan tujuan pengembangan motorik kasar, di antaranya:
1. Mampu meningkatkan gerak kasar;
2. Mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani;
3. Mampu menanamkan sikap percaya diri;
4. Mampu bekerjasama; dan
5. Mampu berperilaku jujur dan sportif.
Tujuan dan
fungsi perkembangan motorik kasar menurut Saputra dan Rudyanto (2005, hlm. 12)
adalah “penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan
tugas gerak tertentu, kualitas gerak terlihat dari seberapa jauh anak tersebut
mampu menampilkan tugas gerak yang diberikan dengan tingkat keberhasilan
tertentu”. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas gerak tinggi,
berarti gerak yang dilakukannya efektif dan efisien.
Berdasar
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengembangan motorik
kasar adalah untuk meningkatkan keterampilan gerak, memelihara dan meningkatkan
kebugaran jasmani, meningkatkan sikap percaya diri, mau bekerjasama, dan
mempunyai sikap disiplin, jujur, dan sportif. Selain itu, memiliki keterampilan
yang dikuasai untuk menyelesaikan tugas gerak tertentu sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki siswa.
Perkembangan
motorik kasar tergantung pada unsur-unsur kebugaran jasmani yang dimiliki anak.
Perkembangan kebugaran jasmani sangat penting bagi anak. Kemampuan gerak anak
dapat berkembang dan meningkat dengan baik apabila unsur-unsur gerak dasar anak
dikembangkan sejak awal. Unsur-unsur yang berhubungan dengan kesehatan dan
kebugaran jasmani yang dapat diberikan pada anak menurut Depdiknas (2008, hlm.
16-18), di antaranya:
1. Kekuatan, yaitu kemampuan seseorang dalam menggunakan kelompok otot
untuk menahan, memindahkan, atau mengangkat beban. Misalnya, mendorong meja,
menarik meja, dan sebagainya.
2. Daya tahan kardiovaskuler, yaitu kemampuan seseorang untuk bekerja
dalam waktu yang relatif lama tanpa mengalami kelelahan. Misalnya, jalan cepat,
berlari, dan sebagainya.
3. Power, yaitu kemampuan
seseorang dalam mengunakan kekuatan maksimal dengan waktu yang secepat-cepatnya.
Misalnya, menarik benda, melompat, dan sebagainya.
4. Kecepatan, yaitu kemampuan seseorang untuk bergerak atau berpindah
dari satu tempat ke tempat lain dengan waktu yang singkat. Misalnya, berlari
menuju tempat tertentu dengan cepat, dan sebagainya.
5. Keseimbangan, yaitu kemampuan mempertahankan posisi tubuh secara
bersama selama bergerak dan dalam keadaan tetap. Misalnya, berdiri pada titik
tertentu, dan sebagainya.
6. Kelincahan, yaitu kemampuan seseorang untuk mengubah posisi dan
arah dalam waktu yang singkat. Misalnya, bermain kucing-kucingan, dan
sebagainya.
7. Koordinasi, yaitu kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan
bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara
efektif. Misalnya, melempar bola, memantul bola, dan sebagainya.
8. Waktu reaksi, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan gerak
secepat-cepatnya sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang timbul melalui
indera, syaraf, atau feeling lain
sejak awal gerakan sampai akhir gerakan.
9. Ketepatan, yaitu kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan
bebas terhadap suatu objek atau sasaran. Misalnya, melempar bola ke dalam
keranjang, dan sebagainya.
Masa anak-anak
adalah masa yang sering disebut sebagai masa ideal untuk mempelajari
keterampilan motorik kasar. Aisyah, dkk. (2008, hlm. 43-44) mengemukakan alasan
yang mendasari hal tersebut, antara lain:
1. Tubuh anak-anak lebih lentur dari pada tubuh remaja atau dewasa
sehingga anak-anak lebih mudah untuk menerima pelajaran untuk mengembangkan
motorik kasar.
2. Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan
dengan keterampilan yang baru dipelajari, maka bagi anak mempelajari
keterampilan baru lebih mudah.
3. Secara keseluruhan anak lebih berani. Oleh karena itu, anak lebih
berani mencoba sesuatu yang baru. Keberanian akan menimbulkan motivasi yang
diperlukan anak untuk belajar.
4. Anak sangat menyenangi kegiatan yang bersifat pengulangan. Oleh
karena itu, anak bersedia mengulangi suatu pelajaran hingga otot-ototnya
terlatih untuk melakukan suatu keterampilan secara efektif.
5. Tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil daripada tanggung
jawab ketika mereka sudah dewasa, sehingga anak memiliki waktu yang lebih
banyak untuk mempelajari keterampilan motorik kasar dan tidak pernah bosan
mengulangi pembelajaran berkali-kali.
Referensi
Aisyah,
S., dkk. (2008). Perkembangan dan Konsep
Dasar Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Depdiknas
(2008). Kurikulum Tingkah Satuan
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Harianti,
D. (2005). Naskah Akademik Kajian
Kebijakan Kurikulum PAUD. Jakarta: Depdiknas Balitbang Pusat Kurikulum.
Moeslichatoen,
R. (2004). Metode Pengajaran di Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Saputra,
Y. M., & Rudyanto (2005). Pembelajaran
Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.
EmoticonEmoticon