Model Pembelajaran Learning Cycle-5E
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Model
pembelajaran learning cycle-5E adalah
model pembelajaran yang terdiri atas fase-fase atau tahap-tahap kegiatan yang
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi
yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Model
pembelajaran learning cycle-5E
merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma
konstruktivisme. Pendekatan teori konstruktivistik pada dasarnya menekankan
pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses
belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered). Dengan kata lain,
pembelajaran menggunakan model pembelajaran learning
cycle-5E “berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator”
(Trianto, 2007, hlm. 22).
Model
pembelajaran learning cycle-5E
memiliki tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi
pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri dengan terlibat secara aktif
mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir baik secara
individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi
yang harus dicapai dalam pembelajaran.
Adapun
langkah-langkah model pembelajaran learning
cycle-5E, sebagai berikut:
1. Engegament (fase pendahuluan)
Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat
dengan keingintahuan (curiocity)
siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, siswa akan memberikan respons/jawaban, kemudian jawaban siswa
tersebut dijadikan patokan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
tentang pokok bahasan yang akan dibahas.
2. Exploration (fase
eksplorasi)
Pada fase ini, siswa diberi kegiatan yang akan melibatkan keaktifan
siswa untuk menguji prediksi dan hipotesis melalui alternatif yang diambil,
mencatat hasil pengamatan dan mendiskusikan dengan siswa yang lain. Sehingga
siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
tanpa pengajaran langsung dari guru.
3. Explanation (fase
penjelasan)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan
mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Siswa dituntut untuk menjelaskan
konsep yang sedang dipelajari dalam kalimat mereka sendiri. Pada fase ini siswa
menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.
4. Elaboration (fase
elaborasi)
Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang
telah dipelajari, membuat hubungan antar konsep dan menerapkannya pada situasi
yang baru melalui kegiatan-kegiatan praktikum lanjutan yang dapat memperkuat
dan memperluas konsep yang telah dipelajari.
5. Evaluation (fase
evaluasi)
Siswa diberi pernyataan untuk mendiagnosa pelaksanaan kegiatan belajar
dan mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang diperoleh.
Kelima tahap
tersebut dapat digunakan dalam bentuk siklus berikut:
Siklus pembelajaran learning cycle-5E (Wena, 2011, hlm.
176)
Learning cycle-5E melalui kegiatan dalam
tiap fase mewadahi siswa untuk aktif membangun konsep-konsep sendiri dengan
cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implementasi learning cycle-5E dalam pembelajaran
sesuai pandangan konstruktivistik, yaitu:
1. Siswa belajar aktif.
2. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan
berpikir.
3. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman sendiri.
4. Informasi dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa.
5. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi
individu.
Dengan demikian, proses belajar
bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan merupakan
proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara
aktif dan langsung. Proses pembelajaran akan lebih bermakna dan menjadikan
skema dalam diri siswa menjadi pengetahuan fungsional yang setiap saat dapat
diorganisasikan oleh siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
Dilihat dari
dimensi guru, implementasi model pembelajaran ini dapat memperluas wawasan dan
meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan
dilihat dari dimensi siswa, penerapan model pembelajaran learning cycle-5E memberikan kelebihan, sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran.
2. Lebih berpeluang untuk menyampaikan pendapat dan gagasan.
3. Dapat menumbuhkan kegiatan belajar.
4. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekuarangan penerapan
model pembelajaran learning cycle-5E
menurut Rahmawati (2008, hlm. 18-19), sebagai berikut:
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi
dan langkah-langkah pembelajaran.
2. Menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan
terorganisasi.
Referensi
Rahmawati,
N. F. (2009). Implementasi Model Learning
Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Pythagoras di Kelas
IX Mts N Sidoarjo. (Skripsi). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Trianto
(2007). Model-Model Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pusat.
Wena,
M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
EmoticonEmoticon