Pembentukan Tanah
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Tanah merupakan
tempat makhluk hidup berpijak dan tempat tanaman tumbuh. Tanah adalah lapisan
tipis berupa material yang tidak padat sebagai hasil pelapukan yang terletak di
permukaan bumi. Batuan yang berada di atas permukaan bumi akan mengalami proses
pelapukan. Akhir dari proses pelapukan batuan adalah terbentuknya
pecahan-pecahan batuan yang lebih kecil yang nantinya akan menjadi tanah. Tanah
mengandung material anorganik maupun organik. Pada umumnya tanah tersusun atas
pecahan batuan, humus, dan rongga yang terisi oleh air dan udara.
Pembentukan
tanah terjadi dalam periode yang lama, bahkan selama ribuan tahun atau lebih.
Tanah terbentuk dari pelapukan bahan induk. Di samping bahan induk tanah,
pembentukan tanah juga bergantung pada sejumlah faktor, seperti iklim, makhluk
hidup, topografi, dan waktu. Lebih lanjut, dijelaskan sebagai berikut:
1. Bahan induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf. Bahan induk akan mengalami pelapukan menjadi tanah. Jenis
bahan induk yang berbeda akan menghasilkan jenis tanah yang berbeda.
2. Iklim
Iklim menyebabkan batuan induk mengalami pelapukan. Pelapukan adalah
penghancuran batuan dan materi lain di permukaan bumi. Pelapukan berjalan
lambat tetapi terus-menerus terjadi.
Ada dua jenis pelapukan, yaitu:
a. Pelapukan
fisika atau mekanik
Pelapukan fisika yaitu penghancuran batuan menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil tapi tidak mengubah susunan kimiawi batuan tersebut. Pelapukan
fisika disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi fisik lingkungan, misalnya
suhu. Perubahan suhu dari panas ke dingin dan sebaliknya akan membentuk
retakan-retakan pada permukaan batuan yang lama kelamaan menyebabkan permukaan
batuan terpecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dan halus. Selama
pelapukan mekanis, batu-batuan dipecah menjadi bentuk yang berbeda dan
ukurannya lebih kecil.
b. Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi yaitu penghancuran batuan menjadi bagian yang lebih
kecil dan terjadi perubahaan susunan kimiawi pada batuan tersebut. Sebagai
contoh, bahan yang keras dapat berubah menjadi bahan yang lembut setelah
pelapukan kimia. Pelapukan organik dapat disebabkan oleh hujan asam. Udara di
daerah-daerah tertentu telah tercemar oleh belerang oksida. Belerang oksida
hasil sampingan dari pembakaran batubara. Senyawa ini larut dalam air hujan
membentuk asam sulfat. Hujan yang mengandung asam sulfat adalah salah satu
jenis hujan asam. Hujan asam ini akan melapukan batu dengan cepat.
3. Makhluk hidup
Makhluk hidup dapat menyebabkan pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan
membantu proses pembentukan humus. Lumut dan tumbuhan lainnya menghasilkan
asam lemah yang melarutkan sejumlah
mineral di dalam batu-batuan. Perlahan-lahan batu-batu pecah menjadi potongan
yang lebih kecil.
4. Topografi
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya
lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal
karena terjadi sedimentasi.
5. Waktu
Waktu adalah salah satu faktor terpenting dalam pembentukan tanah.
Semakin lama batuan induk terkena pengaruh kondisi fisik lingkungan batuan
tersebut semakin lapuk. Tanah yang matang atau dewasa ditandai dengan
terbentuknya tiga lapisan tanah yaitu horison A, horison B, dan horison C.
Adapun proses
pembentukan tanah terbagi menjadi empat tahap, sebagai berikut:
1. Tahap I
Pada tahap ini batuan yang ada di permukaan bumi dipengaruhi oleh
kondisi fisik lingkungan misalnya suhu, abrasi, dan gravitasi. Perubahan suhu,
abrasi, dan gravitasi menyebabkan pelapukan fisika atau mekanis. Pelapukan
fisik ini menyebabkan permukaan batuan retak yang lama-kelamaan menyebabkan
batuan terpecah-pecah membentuk
bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih halus.
Pada tahap ini juga terjadi pelapukan kimiawi karena pengaruh atmosfer
dan hidrosfer misalnya hujan asam. Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan
merubah struktur dan komposisi kimiawi material batuan. Membentuk material yang
lebih lunak dan lebih kecil dibanding keadaan.
2. Tahap II
Pada tahapan ini, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan
yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-rekahan yang terbentuk
pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara, sehingga
dengan proses-proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang
lebih dalam. Selain itu, pada tahap ini di lapisan permukaan mulai terdapat
materi organik.
3. Tahap III
Pada tahap ini, muncul tumbuhan perintis pada lapisan atas tanah bagian
atas. Akar tumbuhan ini membentuk celah pada permukaan batuan. Selanjutnya
celah tersebut merupakan jalan masuknya air dan sirkulasi udara. Tumbuhan yang
mati akan membusuk dan membentuk humus. Humus akan mempercepat terjadinya
proses pelapukan. Pembentukan larutan asam pun tejadi pada akar-akar tanaman.
Air yang masuk ke dalam lapisan tanah membawa asam humus menjangkau
lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan menyebabkan meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian akan memicu
terjadinya pelapukan pada bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih dalam.
Membentuk lapisan-lapisan tanah yang lebih tebal. Tahapan ini merupakan awal
terbentuknya horison-horison tanah.
4. Tahap IV
Pada tahapan ini, tanah telah menjadi subur. Sehingga tumbuhlah
tumbuhan-tumbuhan yang lebih besar. Hadirnya tumbuhan yang lebih besar,
menyebabkan akar-akar tanaman menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam.
Keadaan ini mempercepat terjadinya proses pelapukan yang terjadi pada lapisan
batuan yang lebih dalam. Pada tahap ini terbentuk horison-horison tanah dengan
komposisi unsur serta karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
EmoticonEmoticon