Pengetahuan Dasar Panahan untuk Anak Sekolah Dasar
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Manusia entah
sejak kapan mulai memanah, namun berdasar sejumlah buku melukiskan bahwa orang
purbakala lebih dari 100.000 tahun yang lalu telah melakukan panahan untuk
berburu dan bertahan hidup. Panah adalah “semacam senjata yang berupa barang
panjang, tajam pada ujungnya dan diberi bulu pada pangkalnya yang dilepaskan
dengan busur, sedangkan memanah adalah melepaskan anak panah terhadap target
atau sasaran” (Poerwadarminto, 1996, hlm. 700). Pada tahun 1676, atas prakarsa
Raja Charles II dari Inggris, panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang
olahraga. Kejuaraan nasional panahan pertama kali digelar di Inggris pada tahun
1844 di bawah nama GNAS (Grand National
Archery Society).
Di Indonesia
organisasi panahan resmi terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas
prakarsa Sri Paku Alam VIII dengan nama Perpani (Persatuan Panahan Indonesia).
Perpani pada tahun 1959 mengadakan kejuaraan nasional yang pertama kali sebagai
perlombaan yang terorganisir. Setelah terbentuk Perpani, pada tahun 1959
Indonesia diterima sebagai anggota FITA (Federation
International de Tir A L’arc) dalam kongres di Oslo, Norwegia. Dengan
diterimanya menjadi anggota FITA, maka terbukalah kesempatan untuk mengambil
bagian dalam kejuaraan-kejuaraan internasional.
Pemanah pemula
dalam latihan panahan harus mengetahui dan mencoba cara memasang tali yang
benar pada busur. Cara memasang tali yang benar penting sekali, yaitu agar
busur tidak patah dan berada pada posisi yang benar. Terdapat dua cara memasang
tali pada busur, sebagai berikut:
1. Metode dorong tarik (push pull)
Metode ini dipakai pada busur yang lurus dan melengkung. Tali dipasang
secara tepat di dalam notch (penarik
busur atas) dari sisi busur sebelah
bawah yang dibiarkan tenang. Tangan yang satu menarik bagian tengah busur
keluar, sedangkan tangan yang lain mendorong untuk memaksa sisi busur ke arah
bawah. Ketika lingkungan diperoleh, jari harus menyumbat ujung tali dalam notch. “Tali yang sudah dipasang harus
diperiksa yaitu dalam keadaan lurus dengan busur” (Barrett, 1990, hlm. 46).
Pemanah harus hati-hati dalam menggunakan metode ini, karena jika saat
mendorong tidak hati-hati tangan bisa tergelincir, akibatnya busur bisa terbang
ke depan dan dapat memukul wajah. Seorang pemanah pemula, “jika mempunyai suatu
tarikan busur yang berat dan atau sangat panjang, maka akan mengalami kesulitan
untuk menggunakan metode ini” (Williams, 1976, hlm. 47).
2. Metode tindak langkah (step-through)
Metode ini menempatkan sayap bawah di depan salah satu kaki dan tali
busur berada di antara langkah kaki lain. Pemanah menarik sayap bagian atas
maju di atas paha dan masukkan tali sampai pada ujung sayap. Kelemahan dari
metode ini adalah pemanah cenderung sering menarik sayap bagian atas ke arah
badan menjadi suatu garis lurus dengan tali busur dan busur melengkung secara
alami. Hasilnya tekanan yang tidak seimbang dapat dengan mudah membengkokan
sayap. “Bagi para pemanah pemula sering menggunakan metode ini, karena lebih
mudah dalam memasukkan tali busur dan tingat keamanannya lebih baik” (Williams,
1976, hlm. 49).
Pemanah selain harus bisa
melakukan cara pemasangan tali dengan baik, juga diusahakan berlatih pegangan (grip) yang benar dengan tujuan supaya
cepat menuju ke penguasaan teknik. Menurut Barrett (1990: 49-50) bahwa
“pegangan yaitu lengan dijulurkan penuh dengan bahu ke depan, sedangkan jempol
dan telunjuk memegang busur membentuk ‘V’”.
Untuk menghindarkan jatuhnya
busur, lepaskan jari-jari pada tangan dengan sedikit tekanan sisi busur dengan
jempol dan telunjuk. Kegagalan untuk mengatur pegangan yang baik dan meluruskan
lengan busur secara tepat, akan mengakibatkan kesalahan membidik yang serius.
Teknik memanah yang tepat dan
benar sangat menunjang pencapaian prestasi panahan yang optimal. Dengan
dikuasainya teknik memanah yang tepat dan benar akan memungkinkan keajegan (consistency) gerakan memanah baik dalam
latihan maupun kompetisi. Tehnik memanah bagi pemula pada dasarnya ada sembilan
langkah, yaitu:
1.
Cara berdiri (stance)
“Stance adalah
posisi kaki pada waktu berdiri di lantai atau tanah secara
seimbang dan tubuh tetap tegak” (Damiri,
1990: 14). Cara berdiri dalam memanah ada empat macam, yaitu:
a.
Sejajar (square stance)
1) Posisi kaki pemanah terbuka selebar bahu dan sejajar
dengan garis tembak.
2) Pemanah pemula di sarankan untuk
mempergunakan cara ini satu sampai dua tahun, selanjutnya baru beralih ke
terbuka (open stance).
3) Cara berdiri sejajar mudah dilakukan untuk membuat garis
lurus dengan sasaran, namun dalam hal ini perlu diingat, yaitu pada waktu
menarik dan holding cenderung badan
bergerak.
1) Posisi kaki
pemanah membuat sudut 45 derajat dengan garis tembak.
2) Pada saat
menarik, posisi badan lebih stabil
3) Posisi
leher atau kepala akan lebih relaks dan pandangan pemanah lebih mudah untuk
fokus ke depan.
4)
Cara berdiri seperti ini dianjurkan untuk pemanah lanjutan, karena pada tarikan
penuh akan banyak space room pada
bahu.
c. Tertutup (close stance)
1)
Pemanah berdiri secara tertutup.
2)
Tubuh pemanah membelakangi sasaran.
3)
Posisi ini sulit karena leher dan tubuh tidak rileks, sehingga sering tidak
digunakan baik oleh pemanah pemula atau pun pemanah lanjutan.
d. Menyamping (oblique stance)
1) Pemanah
berdiri dengan kedua kaki menyerong/silang dari garis tembak
2) Pada saat
menarik, posisi badan cukup stabil dan kepala rileks.
3) Teknik ini
digunakan oleh pemanah lanjutan, karena pemanah pemula apabila menggunakan
posisi kaki menyamping masih sulit dalam membuat garis lurus dengan sasaran.
2. Memasang ekor panah (nocking)
Nocking adalah memasukkan ekor panah ke nocking point pada tali dan menempatkan gandar (shift) pada sandaran panah (arrow rest). “Pemasangan anak panah yang
benar yaitu bulu indeks menjauhi sisi jendela busur, sedangkan pemasangan yang
salah akibatnya anak panah tidak bisa terbang ke arah target dengan baik atau
kemungkinan besar jatuh sebelum sampat target” (Damiri, 1990, hlm. 16).
3. Posisi setengah tarikan (set up)
Posisi badan
rileks dengan setengah tarikan. Pada saat posisi ini, pemanah sangat penting
untuk merasakan agar badan tetap tegak. Pemanah dalam menarik tali menggunakan
tiga jari, yaitu: jari telunjuk di atas ekor anak panah, jari tengah, dan jari
manis berada di bawah ekor anak panah. Jarak antara jari telunjuk dan jari
tengah kurang lebih 1 cm. Pada waktu set
up buat satu garis lurus antara bow
arm dengan draw arm.
4. Menarik tali (drawing)
Teknik ini
dilakukan dengan cara “gerakan menarik tali sampai menyentuh bagian dagu,
bibir, dan hidung” (Damiri, 1990, hlm. 21). Pemanah dalam menarik tali dengan
irama yang sama, agar posisi badan selalu seimbang. Kemudian pada waktu menarik
jangan dibantu dengan badan, tetapi gunakan otot-otot belakang bahu untuk
menarik. Posisi yang benar adalah tali yang mendekati dagu atau kepala,
sebaliknya kepala pemanah jangan yang mendekati tali.
5. Penjangkaran (anchoring)
Teknik dengan
gerakan menjangkarkan tangan penarik pada bagian dagu. Pada waktu anchoring, pernafasan harus dikontrol
dengan baik dan tetap konsentrasi. Setelah anchoring,
tekanan ke depan dari tarikan ke belakang terus lanjut jangan sampai
kendur. Posisi anchoring terdapat dua (2) macam, yaitu: (a) penjangkaran yang
tinggi dan (b) penjangkaran yang rendah. Penjangkaran tinggi, dengan ujung jari
telunjuk di sudut mulut sehingga ujung jari bertumpu sepanjang bagian bawah
tulang pipi. Penempatan jari depan di sudut mulut membantu mengatur anak panah
di bawah pandangan mata. Penjangkaran rendah, jari depan bertumpu langsung di
bawah tulang rahang sehingga tali berada di garis tengah wajah. Tali menyentuh
ujung hidung dan di tengah-tengah dagu. Pemanah banyak mengerutkan bibir dan
mencium tali. “Pemanah pemula biasanya menggunakan cara penjangkaran yang
tinggi” (Barret, 1990, hlm. 52-53).
6. Menahan sikap memanah (holding)
“Pemanah menahan
sikap memanah beberapa saat sebelum anak panah dilepaskan” (Damiri, 1990, hlm.
23). Pada posisi holding, untuk
tekanan ke depan dan tarikan ke belakang tetap lanjut. Pemanah dalam posisi holding, jangan dibantu badan untuk
menahan beban tarikan busur, tetapi yang dilakukan adalah otot-otot lengan
penahan busur dan lengan penarik tali harus berkonsentrasi, agar sikap memanah
tidak berubah, tetap merupakan satu garis lurus.
7. Membidik (aiming)
Membidik adalah
suatu gerakan mengarahkan alat pembidik pada titik sasaran dan pemanah dalam
memegang grip serileks mungkin. Bagi seorang pemanah pemula teknik membidik
sering berubah-ubah, hal ini disebabkan karena waktu membidik kadang terlalu
cepat dan kadang telalu lambat, sehingga perlu latihan yang banyak agar dapat
ajeg. “Penyetingan alat pembidik perlu disesuaikan tidak hanya pada jarak,
tetapi pada saat cuaca dingin, panah, dan angin, agar memperoleh target sesuai
yang diinginkan” (Damiri, 1990, hlm. 26).
8. Melepaskan anak panah (release)
Release merupakan “suatu gerakan tali busur dengan cara tangan
penarik tali bergerak ke belakang menelusuri dagu dan leher pemanah” (Damiri,
1990, hlm. 26). Pada waktu release tekanan
pada lengan kiri dan kanan jangan sampai bertambah pada salah satu bagian.
Selain itu, jari-jari penarik tali juga harus rileks, agar mendapatkan release yang halus. Pemanah yang release-nya halus, maka setiap arah
panah dan speed sama, sehingga
terbangnya anak panah menjadi mulus.
9. Gerak lanjut (follow
through)
Pemanah selama
beberapa detik melakukan gerak lanjut dengan tetapi memberikan tekanan yang
sama seperti release. Pandangan mata
pemenah juga harus tetap konsentrasi kesasaran tidak beralih ke terbangnya anak
panah. Busur diusahakan tetap diam sebelum anak panah menancap di target.
Tujuan dari gerak lanjut adalah untuk memudahkan pengontrolan gerak memanah
yang dilakukan.
Referensi
Barrett, J. A. (1990). Olahraga Panahan: Pedoman, Teknik, dan
Analisa. Semarang: Dahara Prize.
Damiri, A. (1990). Panahan. Bandung: FPOK IKIP.
Poerwadarminto, W. J. S.
(1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Williams, J. C. (1976). Archery for Beginners. Chicago: Henry
Regnery Company.
EmoticonEmoticon