Alat Musik Tradisional Angklung
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Angklung adalah
alat musik tradisional Indonesia yang berkembang terutama di daerah Jawa Barat.
Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan, sehingga
menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada. Angklung terbuat dari
pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu
organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan
bunyi.
Pada awalnya
alat musik bambu digunakan masyarakat Sunda untuk melakukan upacara ritual.
Masyarakat Sunda yang agraris mempercayai keberadaan nyai Sri Pohaci (Dewi Sri)
sebagai Dewi Padi pemberi kehidupan. Untuk memikat Dewi Sri agar turun ke bumi
memberkati tanaman padi mereka agar terhindar dari bencana alam dan kegagalan
panen, masyarakat tersebut mempersembahkan lagu-lagu pujian yang disertai
bunyi-bunyian pengiring bernada ritmis dengan melodi yang berulang dan tebuat
dari batang-batang bambu yang ditabuh maupun digoyangkan. Dari sinilah alat
musik bambu seperti angklung dibuat. Angklung yang digunakan pada umumnya hanya
terdiri atas lima nada (pentatonis) seperti salendro, pelog, dan madenda.
Angklung yang
telah menjadi alat musik khas Sunda telah menyebar ke pelosok daerah Jawa
Barat. Sehingga angklung memiliki banyak jenis dilihat dari daerah yang
mengembangkan angklung tersebut. Di antara daerah Jawa Barat yang memiliki angklung khas daerah, yakni
angklung buncis dari Kabupaten Bandung, anklung kanekes dari Baduy, angklung
dogdog jolor dari Banten, angklung gubrag dari Bogor, dan angklung badeng dari
Garut.
Angklung buncis
Angklung kanekes
Angklung dogdog
Angklung gubrag
Angklung badeng
Angklung
mengedepankan kemudahan bagi siapa pun yang ingin mempelajarinya. Karena itu,
pada proses latihan angklung lebih sering digunakan partitur angka. Partitur
ini melambangkan nada dengan angka. Partitur adalah media yang digunakan
pelatih dalam menyampaikan notasi balok atau notasi angka yang berisi nada-nada
yang harus dimainkan oleh pemain dengan menggunakan alat musik angklung dengan
tujuan untuk memudahkan pemain dalam memainkan lagu yang dimainkan oleh
angklung.
Cara memainkan
angklung dengan memegang rangkanya pada salah satu tangan, sehingga angklung
tergantung bebas, sementara tangan lainnya menggoyangkan hingga berbunyi. Di
dalam hal ini, ada tiga teknik dasar menggoyangkan angklung sebagai berikut:
1. Kurulung (getar)
merupakan teknik paling umum dipakai, di mana tangan kanan memegang tabung
dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada dimainkan.
2. Centok (sentak) adalah
teknik di mana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan,
sehingga angklung akan berbunyi sekali saja.
3. Tengkep, mirip seperti kurulung namun salah satu tabung ditahan
tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung
mengeluarkan nada murni. Sementara itu, pada angklung akompaminen mayor, teknik
ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak di-tengkep yang termainkan adalah akord
dominan septim (4 nada).
Untuk memainkan
satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik
yang dipimpin oleh satu konduktor. Pada setiap pemusik akan dibagikan satu
hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian sang konduktor akan
menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan.
Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan
angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminat konduktor.
EmoticonEmoticon