Pendidikan
Multikultural
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Pendidikan
multikultural didefinisikan sebagai “pendidikan tentang keberagaman kebudayaan
dalam merespons perubahan-perubahan demografis dan kultural lingkungan
masyarakat tertentu, bahkan dunia secara keseluruhan” (Mahfud, 2011, hlm. 176).
Pendidikan
multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang
interkulturalisme setelah Perang Dunia II. Kemunculan gagasan ini terkait
dengan perkembangan politik internasional berkenaan dengan hak asasi manusia,
kemerdekaan dari kolonialisme, dan diskriminasi rasial.
Pada dasarnya
program pendidikan multikultural difokuskan pada pengembangan nilai-nilai
demokratis. Pendidikan multikultural melihat masalah-masalah masyarakat secara
lebih luas. Tidak hanya memasukkan masalah-masalah struktural ras, tetapi lebih
luas mempersoalkan masalah-masalah kemiskinan, penindasan, dan keterbelakangan
kelompok-kelompok minoritas dalam ilmu pengetahuan.
Fokus
pendidikan multikultural tidak hanya diarahkan pada kelompok rasial, agama,
kultural dominan, dan mainstream.
Fokus ini pernah menjadi tekanan pada pendidikan interkultural yang menekankan
peningkatan pemahaman dan toleransi individu-individu yang berasal dari
kelompok minoritas terhadap budaya mainstream
dominan, yang pada akhirnya dapat membuat orang-orang dari kelompok
minoritas terintegrasi ke dalam masyarakat mainstream.
Pendidikan interkultural semacam ini pada akhirnya memunculkan tidak hanya
sikap tidak peduli terhadap nilai-nilai budaya minoritas, bahkan cenderung
melestarikan prasangka-prasangka sosial kultural yang rasis dan diskriminatif.
Pendidikan
multikultural membangun pemahaman yang kritis tentang makna etnis dan ras
adalah penting karena hal ini dapat membangun dan menumbuhkan pemahaman positif
terhadap kelompok etnis dan ras lainnya. Pendidikan multikultural juga “melatih
dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap demokratis, humanis, dan
pluralis dalam lingkungan mereka” (Yaqin, 2005, hlm. 25).
Pendidikan
multikultural paling tidak menyangkut tiga hal, yakni:
1. Kesadaran nilai penting keberagaman budaya
Pendidikan multikultural berkaitan dengan ide bahwa semua peserta didik
tanpa memandang karakteristik budayanya harus memiliki kesempatan yang sama
untuk belajar di sekolah. Perbedaan yang ada merupakan suatu kewajaran, bukan
untuk dibeda-bedakan. Artinya, perlu sikap toleransi terhadap suatu perbedaan
agar dapat hidup berdampingan secara damai, tanpa melihat unsur yang berbeda
tersebut sebagai pembeda.
2. Gerakan pembaharuan pendidikan
Pendidikan multikultural seharusnya dapat muncul dalam bentuk bidang
studi, program, dan praktik yang direncanakan lembaga pendidikan untuk
merespons tuntutan, kebutuhan, dan aspirasi berbagai kelompok. Pendidikan
multikultural bukan hanya sekedar praktik aktual atau bidang studi atau program
pendidikan semata, melainkan mencakup seluruh aspek pendidikan.
3. Proses pendidikan
Pendidikan multikultural adalah proses menjadi, proses yang berlangsung
terus menerus dan bukan sebagai sesuatu yang langsung terjadi. Tujuan dari
pendidikan multikultural adalah untuk memperbaiki pribadi secara utuh.
Bentuk
pengembangan pendidikan multikultural di setiap negara berbeda-beda sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi masing-masing negara. Setidaknya menurut
Banks (1993, hlm. 14) terdapat empat pendekatan yang dapat mengintegrasikan
materi pendidikan multikultural ke dalam kurikulum, sebagai berikut:
1. Pendekatan kontribusi
Ciri pendekatan ini adalah dengan memasukkan pahlawan-pahlawan dari suku
bangsa dan benda-benda budaya ke dalam pelajaran yang sesuai.
2. Pendekatan aditif
Pada pendekatan ini dilakukan penambahan materi, konsep, tema,
perspektif kurikulum, tanpa mengubah struktur, tujuan, dan karakteristik
dasarnya. Pendekatan ini sering dilengkapi dengan buku, modul, atau bidang
bahasan terhadap kurikulum tanpa mengubah substansi.
3. Pendekatan transformasi
Pendekatan transformasi mengubah asumsi dasar kurikulum dan menumbuhkan
kompetensi dasar siswa dalam melihat konsep, isu, tema, dan masalah dari
sejumlah perspektif serta sudut pandang.
4. Pendekatan aksi sosial
Pendekatan ini mencakup semua elemen dari pendekatan transformasi, namun
menambah komponen yang mempersyaratkan siswa membuat aksi yang berkaitan dengan
konsep, isu, atau masalah yang dipelajari dalam unit. Tujuan utama dari
pembelajaran dan pendekatan ini adalah mendidik siswa melakukan kritik sosial
dan mengajarkan keterampilan membuat keputusan untuk memperkuat siswa dan
membantu mereka memperoleh pendidikan politis. Siswa memperoleh pengetahuan,
nilai, dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk berpartisipasi dalam
perubahan sosial sehingga kelompok-kelompok etnis, ras, dan golongan-golongan
yang terabaikan dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat.
Referensi
Banks,
J. A. (1993). An Introduction to Multicultural
Education. Boston: Allyn and Bacon.
Mahfud,
C. (2011). Pendidikan Multikultural.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yaqin,
A. (2005). Pendidikan Multikultural.
Yogyakarta: Pilar Media.
EmoticonEmoticon