Model Pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT)
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Model pembelajaran value clarification technique atau disingkat VCT merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali nilai-nilai tertentu dari diri siswa. Model ini dapat membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalaan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Dengan kata lain, model pembelajaran VCT dimaksudkan untuk melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika
ditinjau dari segi proses, model pembelajaran VCT berfungsi untuk (1) mengukur
atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai, (2) membina
kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik positif maupun negatif
untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulan, dan (3) menanamkan
suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional serta dapat diterima siswa
sebagai nilai pribadi.
Model
pembelajaran VCT sangat efektif digunakan pada mata pelajaran yang lebih menitikberatkan
ranah afektif, seperti pendidikan kewarganegaraan (PKn). Mata pelajaran PKn atau
sejenisnya berada pada ranah sikap yakni wahana penanaman nilai, moral, dan
norma baku. Sikap merupakan posisi seseorang atau keputusan seseorang sebelum
berbuat, sehingga sikap merupakan ambang batas seseorang antara sebelum
melakukan sesuatu perbuatan atau berperilaku tertentu. Dalam hal ini penggunaan
model pembelajaran VCT sangat cocok karena model pembelajaran ini membantu
siswa dalam mencapai dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada
tertanam dalam diri siswa.
Berikut
unsur-unsur yang terdapat pada model pembelajaran VCT, antara lain:
1. Kegiatan
kelas berorientasi pada pemecahan masalah.
2. Siswa terlibat
secara aktif dalam mengembangkan pemahaman dan pengenalannya terhadap
nilai-nilai pribadi.
2. Guru dan
siswa mengenal dan menganalisis masalah secara rinci.
3. Guru sebagai
pembimbing proses pembelajaran.
4. Tersedianya
perpustakaan, sumber belajar yang lain, atau narasumber yang dapat mendukung
proses pembelajaran.
Model
pembelajaran VCT dikembangkan oleh John Jarolimek (1974). Metode yang terdapat dalam
model pembelajaran ini, diantaranya diskusi, curah pendapat, bermain peran, dan
wawancara. Langkah pembelajaran model pembelajaran VCT terdiri atas 7 tahap
yang dibagi ke dalam 3 tingkatan, sebagai berikut:
1. Kebebasan
memilih
Pada tingkat ini
terdapat 3 tahap, yakni:
a. Memilih secara
bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik. Nilai
yang dipaksakan tidak akan terinternalisasi ke dalam diri.
b. Memilih dari berbagai
alternatif, artinya menentukan pilihan dari berbagai alternatif pilihan secara
bebas.
c. Memilih setelah
dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat
dari pilihan.
2. Menghargai
Pada tingkat ini
terdapat 2 tahap, yakni:
a. Adanya perasaan
senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut
akan menjadi bagian dari diri.
b. Menegaskan nilai
yang sudah menjadi bagian integral dalam diri di depan umum, artinya bila kita
menganggap nilai itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh
kesadaran untutk menunjukannya di depan orang lain.
3. Berbuat
Pada tingkat ini terdapat
2 tahap, yakni:
a. Kemauan dan
kemampuan untuk mencoba melaksanakan nilai menjadi suatu perilaku.
b. Mengulangi perilaku
sesuai dengan nilai pilihannya, artinya nilai yang menjadi pilihan itu harus
tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Kelebihan
model pembelajaran VCT, diantaranya:
1. Mampu membina dan
menanamkan nilai serta moral pada ranah afektif.
2. Mampu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa, melihat nilai yang
ada pada orang lain, dan memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata.
3. Mampu menggali dan
mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan
bagi guru untuk menyampaikan pesan moral.
4. Mengembangkan
potensi sikap siswa.
5. Menangkal,
meniadakan, mengintervensi, dan memadukan berbagai nilai moral dalam sistem
nilai serta moral yang ada pada diri seseorang.
6. Memberi gambaran
nilai moral yang patut diterima dan menuntut serta memotivasi untuk hidup layak
dan bermoral tinggi.
Kelemahan model
pembelajaran VCT, diantaranya:
1. Apabila guru tidak
memiliki kemampuan melibatkan siswa dengan keterbukaan saling pengertian dan
penuh kehangatan, maka siswa akan memunculkan sikap semu atau imitasi.
2. Sangat dipengaruhi
oleh kemampuan guru dalam mengajar terutama keterampilan bertanya tingkat
tinggi yang mampu mengungkap dan menggali nilai yang ada pada diri siswa.
3. Memerlukan
kreativitas guru dalam menggunakan media yang tersedia di lingkungan terutama
yang aktual dan paktual sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran VCT yakni model
pembelajaran yang menanamkan dan menggali nilai-nilai tertentu dari diri siswa.
Penggunaan model pembelajaran ini harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam
menguasai keterampilan dasar mengajar khususnya keterampilan bertanya tingkat
tinggi. Dalam model pembelajaran ini diperlukan sikap demokratis, ramah,
hangat, dan nuansa kekeluargaan yang akrab, sehingga siswa berani berpendapat
dan berani berbeda pendepat dengan guru maupun siswa lainnya.
2 comments
sumber/rujukannya gak ditulis kakak?
ini essay yang tidak mengutip dari manapun, jadi tanpa sumber ^-^
EmoticonEmoticon