Sampah Abad 21
Sampai saat ini
banyak pakar, ahli, atau sekedar penulis lepas yang mengangkat tema abad 21.
Hampir kesemuaan isi tulisan bertema abad 21 bersifat prediksi atau meramalkan
masa yang akan datang. Padahal berdasarkan kalender masehi dunia telah memasuki
abad 21 sejak tahun 2001. Terhitung 16 tahun sudah umat manusia hidup di abad
21. Oleh karena itu, abad 21 bukan tentang masa depan, melainkan realitas yang
sedang umat manusia jalani pada masa sekarang. Artinya, arah pembahasan abad 21
khususnya pada tulisan ini merujuk pada realitas saat ini.
Memasuki abad
21, manusia senantiasa menciptakan inovasi di segala bidang. Hal ini
menimbulkan semakin cepatnya interval perubahan peradaban manusia. Kata
perubahan mengindikasikan bahwa ada suatu hal baru yang menggantikan suatu hal
lama. Dalam konteks peradaban manusia, hal yang dimaksud dapat berupa benda
fisik maupun ide abstrak. Contohnya transportasi kereta kuda tergantikan oleh
mobil atau politik sistem kerajaan tergantikan oleh sistem demokrasi.
Kebermanfaatan, efektivitas, dan efisiensi menjadi alasan tergantikannya
peradaban lama oleh peradaban yang baru. Artinya manusia meninggalkan peradaban
lama karena menganggap nilai ketergunaan peradaban lama tersebut kurang atau
bahkan dianggap hilang.
Barang atau
benda yang tidak berguna sering kita sebut dengan istilah sampah. Sampah
merupakan benda yang dianggap sudah tidak memiliki daya guna. Dalam hal ini
konsep sampah bersifat subyektif, karena daya guna bergantung pada persepsi
individu. Apabila individu menganggap suatu benda atau barang tidak berguna
maka benda atau barang tersebut merupakan sampah yang selanjutnya dibuang atau
ditinggalkan. Dengan kata lain, suatu hal disebut sampah apabila dibuang atau
ditinggalkan.
Merujuk pada
judul tulisan ini “Sampah Abad 21”, sampah dalam konteks ini diartikan sebagai
hal yang ditinggalkan atau secara umum dianggap tidak memiliki nilai guna pada
abad 21. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, pada abad 21 perubahan peradaban
manusia berlangsung sangat cepat. Artinya, semakin banyak pula hal lama yang
tergantikan oleh hal baru. Gerobak tergantikan oleh mobil, radio tergantikan
oleh televisi, obor tergantikan oleh lampu, dan masih banyak lagi. Dalam hal
ini kecenderungan umum manusia pada abad 21 menganggap nilai guna gerobak,
radio, ataupun obor kurang atau bahkan dianggap hilang, maka semua hal tersebut
ditinggalkan dan bisa dianggap sampah. Pembahasan ini terkesan tidak
menimbulkan masalah apabila dikenakan terhadap hal yang bersifat benda fisik
atau barang.
Kita ambil
contoh lain yang bersifat ide abstrak pada abad 21 ini. Mencontek dianggap hal
yang tabu secara makna dalam dunia pendidikan, namun dianggap biasa dilakukan.
Kejujuran telah tergantikan oleh mencontek, untuk itu kejujuran merupakan
sampah. Menggunakan helm saat berkendara motor roda dua dan membawa surat izin
mengemudi (SIM) saat berkendara merupakan hukum lalu lintas yang berlaku, namun
melanggar hal tersebut dianggap biasa. Hukum tergantikan oleh kebiasaan, untuk
itu hukum merupakan sampah. Perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan seolah
sering sekali kita dengar terjadi. Jiwa dan hak manusia seolah tidak penting,
untuk itu jiwa dan hak manusia merupakan sampah. Banyak sekali hal yang
dianggap benar malah ditinggalkan. Dengan demikian, kebenaran merupakan sampah.
Pada pembahasan
ini, jelas bahwa disadari ataupun tidak disadari manusia pada abad 21 banyak
meninggalkan kebenaran dan sama saja dengan menganggap bahwa kebenaran itu
sampah. Kita tahu bahwa hal itu benar, namun kita tetap meninggalkan hal
tersebut. Kita telah membuang sampah yang salah. Banyak hal yang kita lakukan
saat ini justru merupakan sampah yang sebenarnya. Peradaban manusia dibangun
dari satuan yang terkecil, yakni individu. Untuk itu, mari kita refleksi diri
kita masing-masing. Sudahkah kita membuang sampah yang benar-benar sampah.
EmoticonEmoticon