Bulan sebagai Satelit Bumi
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Bulan atau Moon dalam bahasa Inggris, Luna dalam bahasa Romawi, dan Artemis dalam bahasa Yunani adalah
satu-satunya satelit alami yang dimiliki Bumi. Berdasarkan posisinya, Bulan
adalah benda angkasa yang paling dekat dengan Bumi. Bulan juga menjadi benda
yang kedua paling terang setelah Matahari dan satu-satunya permukaan benda
langit yang dapat diamati dengan mudah.
Bulan
Bulan merupakan
bola batu raksasa yang mengitari Bumi. Permukaan Bulan gersang, dipenuhi kawah
yang berasal dari ledakan meteroit miliaran tahun yang lalu. Bulan diprediksi
terbentuk saat planet lain bertubrukan dengan Bumi muda. Pecahan batuan dari
peristiwa tersebut muncul bersama dan membentuk bulan.
Jarak rata-rata
Bumi-Bulan dari pusat ke pusat adalah 384.403 km, yakni sekitar 30 kali
diameter Bumi. Diameter Bulan adalah 4.474 km, sedikit lebih kecil dari
seperempat diameter Bumi. Artinya, volume Bulan sekitar 2% volume Bumi dan
tarikan gravitasi di permukaan Bulan sekitar 17% daripada tarikan gravitasi
Bumi. Bulan beredar mengelilingi Bumi sekali setiap 27,3 hari (periode orbit)
dan variasi periodik dalam sistem Bumi-Bulan-Matahari bertanggungjawab atas
terjadinya fase-fase Bulan yang berulang setiap 29,5 hari (periode sinodik).
Massa jenis Bulan (3,4 g/cm3) yakni lebih ringan dibanding Massa
jenis Bumi (5,5 g/cm3).
Bulan memiliki
dua gerakan yang penting yaitu rotasi Bulan dan revolusi Bulan. Rotasi Bulan
adalah perputaran Bulan pada porosnya dari arah barat ke timur. Pada satu kali
rotasi Bulan memerlukan waktu sama dengan satu kali revolusi Bulan mengelilingi
Bumi. Saat ini Bulan berotasi setiap 27,3 hari sekali. Revolusi Bulan adalah
peredaran Bulan mengelilingi Bumi dari arah barat ke timur. Satu kali penuh
revolusi Bulan memerlukan waktu rata-rata 27,3 hari.
Bulan bersama
dengan Bumi juga mengelilingi Matahari. Waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk
beredar mengelilingi Matahari adalah 365, 25 hari sama dengan waktu yang
dibutuhkan oleh Bulan untuk beredar mengelilingi Matahari bersama Bumi yakni
365, 25 hari. Hal ini yang dijadikan dasar penentuan tahun Masehi yang sering
kita gunakan. Setiap empat tahun sekali kelebihan hari dibulatkan menjadi 366
hari atau disebut juga sebagai tahun kabisat. Pada sistem Bumi-Bulan-Matahari,
revolusi Bumi mengelilingi Matahari, Bulan mengelilingi Bumi, dan rotasi ketiga
benda tersebut berputar pada sumbu-sumbunya yang memiliki arah yang sama.
Menurut
Dirdjosoemarto, dkk. (1991, hlm. 405) permukaan Bulan terdiri atas:
1. Terra, yaitu daerah yang terlihat terang, ditaburi kabut.
2. Marta, yaitu daerah gurun
batuan gelap yang diselubungi lava basah dan terdapat sedikit kawah.
3. Lembah, terdapat banyak lembah sempit, ada yang memanjang hingga
100 km.
4. Gunung, ada yang mencapai ketinggian 8.000 m.
5. Kawah, diduga jumlahnya mencapai 40.000 dengan diameternya berkisar
antara 2-200 km. Kawah ini kemungkinan berasal dari kegiatan vulkanis dan
tumbukan meteorit.
Bentuk Bulan
secara berubah-ubah dilihat dari Bumi karena bagian Bulan yang mendapat cahaya
Matahari berubah secara teratur. Hal ini disebut dengan fase Bulan. Pada suatu
malam Bulan nampak seperti sabit kecil, pada esok harinya sabit itu nampak
lebih tebal dan terus bertambah tebal, sehingga setelah enam hari bentuknya
menjadi setengah lingkaran. Pada malam berikutnya Bulan nampak lebih besar dan
pada akhirnya menjadi Bulan penuh/Bulan purnama. Tetapi setelah nampak sebagai Bulan
penuh, akan nampak mengecil lagi sampai berbentuk sabit.
Perubahan
bentuk semu Bulan berlangsung dalam satu Bulan sinodik atau 29,5 hari.
Fase-fase Bulan, sebagai berikut:
1. Fase Bulan baru (Bulan tidak
nampak).
2. Kuartir pertama 7 3/8 hari
(Bulan sabit).
3. Kuartir purnama 14 3/4 hari
(Bulan penuh).
4. Kuartir ketiga 22 1/8 hari
(Bulan sabit).
5. Kuartir ke empat 28 1/2 hari
(menjadi Bulan baru).
Fase Bulan
Kedudukan Bulan
terhadap Matahari dilihat dari Bumi disebut aspek Bulan. Beberapa aspek Bulan
yang mudah melihat di antaranya:
1. Aspek konjungsi
Konjungsi Bulan yaitu kedudukan Bulan searah dengan Matahari. Pada saat
tersebut bagian Bulan yang menghadap ke Bumi ialah bagian yang sedang gelap,
sehingga nampak Bulan tidak nampak dari Bumi. Peristiwa ini berlangsung siang
hari di bumi, saat aspek konjungsi terjadi gerhana Matahari, karena cahaya
Matahari yang menuju Bumi terhalang oleh Bulan.
2. Aspek oposisi
Oposisi Bulan adalah kedudukan Bulan berlawanan arah dengan kedudukan
Matahari dilihat dari Bumi. Saat tersebut Bulan terlihat sebagai Bulan purnama.
Peristiwa ini terjadi saat Bulan tertib bersamaan dengan saat Matahari
terbenam. Pada aspek oposisi akan terjadi gerhana Bulan, karena cahaya Matahari
yang menuju Bulan terhalang Bumi.
3. Aspek kuarter
Aspek kuarter yaitu pada saat Bulan menempati kedudukan tegak lurus
terhadap garis penghubung Bumi-Matahari, pada fase ini Bulan menunjukkan fase
perbani yaitu Bulan yang terang hanya setengahnya. Di dalam sebulan terjadi dua
kali kuartir Bulan yaitu kuartir pertama (perbani awal) ketika Bulan nampak
besar. Sedangkan kuartir kedua (perbani akhir) ketika Bulan tambah kecil dan
terjadi 6 hari setelah purnama. Perbedaan kuartir pertama dan akhir adalah
tempat yang terang, kuartir pertama bagian yang terang adalah barat sedangkan
kuartir akhir adalah bagian Bulan sebelah timur.
Revolusi Bulan
terhadap Bumi menjadi dasar penentuan kalender Hijriah. Sekali berevolusi
terhadap Bumi, Bulan membutuhkan waktu selama 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik.
Kala revolusi Bulan terhadap Bumi ini dimanfaatkan oleh umat Islam untuk
menentukan tahun Hijriah. Jumlah hari pada setiap bulan di kalender Hijriah berselang-seling
29 dan 30 hari. Dengan demikian, satu bulan dibulatkan menjadi 29,5 hari.
Akibat pembulatan ini, maka pada tahun Hijriah pun ada tahun kabisat yang jumlah
harinya 355 hari. Di dalam 30 tahun, terdapat 11 tahun kabisat. Satu tahun
Hijriah lamanya 354 hari. Sedangkan satu tahun Masehi lamanya 365 hari. Oleh
karena itu, tahun Hijriah lebih cepat 11 hari daripada tahun Masehi.
Lintasan Bulan
saat revolusi mengelilingi Bumi merupakan faktor terjadinya gerhana. Lintasan
Bulan mengelilingi Bumi membentuk bidang yang tidak sebidang dengan ekliptika
(bidang lintasan bumi mengelilingi Matahari). Ada kalanya Bulan, Bumi, dan
Matahari terletak pada satu garis lurus, pada saat itulah terjadi gerhana.
Gerhana Bulan
terjadi pada saat Bulan berada dalam bayangan Bumi, yaitu pada kedudukan
Matahari-Bumi-Bulan terletak pada garis lurus. Gerhana Bulan terjadi apabila
Bulan masuk ke dalam bayangan Bumi inti (umbra) sehingga Bulan tidak menerima
cahaya Matahari. Dari Bumi kenampakan Bulan mula-mula seluruhnya terang,
kemudian pelan-pelan agak gelap, dan akhirnya gelap semua. Pelan-pelan nampak
kembali sampai kelihatan seluruhnya.
Gerhana Bulan
Gerhana
Matahari terjadi apabila posisi Bulan berada di antara Bumi dan Matahari
sehingga sebagian Bumi tidak mendapatkan cahaya Matahari (Matahari-Bulan-Bumi).
Bumi yang terkena umbra mengalami gerhana Matahari total, sedangkan yang
terkena penumbra mengalami gerhana Matahari sebagian.
Gerhana Matahari
Gerhana
Matahari dibagi menjadi tiga jenis, yakni:
1. Gerhana Matahari total, terjadi pada saat jarak Bulan-Matahari yang
paling jauh (563.319 km), sehingga bayangan inti Bulan dapat jatuh di Bumi.
2. Gerhana Matahari parsial, terjadi pada saat Bulan berada pada
daerah bayangan penumbra, sehingga ada bagian Matahari yang terlihat normal.
3. Gerhana Matahari cincin, terjadi jika jarak Bulan mencapai jarak
terjauh dari Bumi (405.530 km).
Rotasi Bulan
dan revolusi Bulan mengakibatkan terjadinya pasang naik dan pasang surut air
laut. Ketika pasang naik, permukaan air laut akan naik. Sebaliknya apabila
pasang surut, permukaan air laut akan turun. Pada saat Bulan berevolusi terhadap
Bumi, air laut di bagian Bumi yang menghadap Bulan akan tertarik gravitasi
Bulan sehingga terjadi pasang naik. Sebaliknya, air laut di bagian Bumi yang
tidak menghadap Bulan akan pasang surut.
Pasang surut
umumnya terjadi dua kali dalam sehari. Pasang surut umumnya terjadi di pantai
lepas (samudra), sehingga semalam itu terjadi dua kali pasang surut. Pasang
dimulai kira-kira pukul 12.00 siang dan pukul 24.00 malam, sedangkan surut
mulai pukul 06.00 pagi dan pukul 18.00 sore. Selain pasang surut yang terjadi
dua kali sehari, dapat terjadi pula pasang surut yang istimewa tinggi dan
rendahnya, yakni pada kedudukan Bulan baru dan Bulan purnama. Peristiwa pasang
surut air laut ini dimanfaatkan manusia untuk hal-hal, sebagai berikut:
1. Pembuatan garam
2. Persawahan pasang surut
3. Berlayar atau berlabuhnya
kapal di dermaga yang dangkal
4. Pembangkit listrik tenaga
pasang surut (PLTPs)
5. Penggerak generator listrik
Referensi
Dirdjosoemarto, S., dkk. (1991). Pendidikan IPA 2, Buku II. Jakarta:
Depdikbud, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
EmoticonEmoticon