Model Pembelajaran PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
“PAIKEM
merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan” (Ismail, 2009, hlm. 46). Menurut Syah dan Kariadinata (2009, hlm.
1) “PAIKEM dapat digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media
pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses
pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan”.
Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan
serta keterampilan yang diajarkan. Di sisi lain, melalui penggunaan model
PAIKEM memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan
sikap, pemahaman, dan keterampilan sendiri dalam arti tidak disuapi oleh guru.
Secara rinci
pengertian PAIKEM, sebagai berikut:
1. Pembelajaran aktif
“Pembelajaran aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua
siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan spiritual” (Umi Kulsum,
2011, hlm. 57). Guru perlu menciptakan suasana sedemikian rupa agar siswa aktif
bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan
pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam
membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Jamal Ma’mud Asmani (2011, hlm. 66)
“siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras untuk mengambil tanggung jawab
lebih besar dalam proses belajarnya sendiri”. Sedangkan lingkungan belajar
aktif adalah lingkungan belajar, di mana para siswa secara individu didukung
untuk terlibat aktif dalam proses membangun mental, berdasar informasi yang
telah mereka peroleh.
Pembelajaran dikatakan aktif apabila mengandung unsur berikut:
a.
Keterlekatan pada tugas (commitment)
Pada hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya
bermanfaat bagi siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa, dan memiliki keterkaitan
dengan minat siswa.
b. Tanggung jawab (responsibility)
Pada hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada
siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih
banyak mendengarkan dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan
peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
c. Motivasi (motivation)
Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsik siswa,
yang dalam hal ini adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa
itu sendiri yang dapat mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. Pada
perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah
motivasi intrinsik karena lebih murni dan awet serta tidak bergantung pada
dorongan atau pengaruh orang lain. Guru perlu menciptakan susana yang
membangkitkan siswa terlibat aktif menemukan, mengolah, dan membangun
pengetahuan atau keterampilan menjadi sebuah konsep yang baru dan benar.
2. Pembelajaran inovatif
Segala aspek (metode, bahan, perangkat, dan sebagainya) dipandang baru
atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya berbeda atau belum
dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan hal baru bagi guru.
“Membangun pembelajaran yang inovatif dapat dilakukan dengan cara-cara
menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan atau daya serap
setiap siswa” (Umi Kulsum, 2011, hlm. 59).
Pada hal ini, seorang guru bertindak inovatif dalam hal:
a. Menggunakan bahan atau materi baru yang bermanfaat dan
bermartabat;
b. Menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru;
c. Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi
pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah, dan lingkungan;
dan
d. Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.
Di sisi lain, siswa pun perlu bertindak inovatif dalam hal:
a. Mengikuti pembelajaran inovatif dengan aturan yang berlaku;
b. Berupaya mencari bahan atau materi sendiri dari sumber-sumber yang
relevan; dan
c. Menggunakan perangkat teknologi maju dalam proses belajar.
3. Pembelajaran kreatif
Kreatif berarti menggunakan hasil ciptaan atau kreasi baru yang berbeda
dengan sebelumnya. Pembelajaran kreatif adalah “kemampuan untuk menciptakan,
mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan hal-hal yang artistik lainnya” (Lif
Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011, hlm. 3). Sedangkan kreativitas merupakan
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah.
Seorang guru harus mampu kreatif dalam artian:
a. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam;
b. Membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana;
c. Memanfaatkan lingkungan;
d. Mengelola kelas dan sumber belajar; dan
e. Merencanakan proses dan hasil belajar.
Di sisi lain, siswa dituntut untuk kreatif dalam hal:
a. Merancang atau membuat sesuatu; dan
b. Menulis atau mengarang.
Adapun ciri-ciri kepribadian kreatif berdasarkan survei kepustakaan oleh
Supriadi (dalam Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011, hlm. 4)
mengidentifikasi ciri kepribadian kreatif, antara lain:
a. Terbuka terhadap pengalaman baru;
b. Fleksibel dalam berpikir dan merespon;
c. Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan;
d. Menghargai fantasi;
e. Tertarik kepada kegiatan-kegiatan kreatif;
f. Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang
lain;
g. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar;
h. Toleran terhadap perbedaan dan situasi yang tidak pasti;
i. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan;
j. Percaya diri dan mandiri;
k. Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas;
l. Tekun dan tidak mudah bosan;
m. Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah;
n. Kaya akan inisiatif;
o. Peka terhadap situasi lingkungan;
p. Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu;
q. Memiliki citra diri dan stabilitas emosional yang baik;
r. Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistik, dan
mengandung teka-teki;
s. Memiliki gagasan yang orisinil;
t. Memiliki minat yang luas;
u. Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan
konstruktif bagi pengembangan diri;
v. Kritis terhadap pendapat orang lain;
w. Senang mengajukan pertanyaan yang baik; dan
x. Memiliki kesadaran etik moral dan estetik yang tinggi.
4. Pembelajaran efektif
Pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran atau minimal
mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, hal terpenting
adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang didapat baik oleh siswa maupun
guru. Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap
akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi ini bukan sekedar tes
bagi siswa, melainkan semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan
siswa, didukung oleh catatan dari guru.
5. Pembelajaran menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan perlu dipahami artinya secara luas, bukan
berarti hanya ada lelucon, banyak bernyanyi, atau tepuk tangan yang meriah.
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang diminati oleh siswa. Siswa
merasa nyaman, aman, dan asyik. “Perasaan yang mengasyikan mengandung unsur
dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu” (Umi Kulsum,
2011, hlm. 63).
Adapun ciri pokok pembelajaran menyenangkan menurut Umi Kulsum (2011,
hlm. 64), sebagai berikut:
a. Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang,
aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuai meskipun keliru
untuk mencapai keberhasilan yang tinggi;
b. Terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan;
c. Terlibatnya seluruh indera dan aktivitas otak kiri serta kanan;
dan
d. Adanya situasi belajar yang menantang bagi siswa untuk berpikir
jauh ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari.
Shadiq (dalam
Syah dan Kariadinata, 2009, hlm. 2-3) berpendapat bahwa PAIKEM dikembangkan
berdasarkan beberapa perubahan/peralihan:
1. Peralihan dari belajar perorangan (individual learning) ke belajar bersama (cooperative learning).
2. Peralihan dari belajar dengan cara menghafal (rote learning) ke belajar untuk memahami (learning for understanding).
3. Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge-transmitted) ke bentuk interaktif, keterampilan proses,
dan pemecahan masalah.
4. Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar.
5. Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk authentic assessment, seperti
portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa.
Menurut Syah
dan Kariadinata (2009, hlm. 3-4) PAIKEM memiliki karakteristik, sebagai
berikut:
1. Berpusat pada siswa (student-centered).
2. Belajar yang menyenangkan (joyfull
learning).
3. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu (competency-based learning).
4. Belajar secara tuntas (mastery
learning).
5. Belajar secara berkesinambungan (continuous learning).
6. Belajar sesuai dengan kekinian dan kedisinian (contextual learning).
Secara garis
besar Amri dan Ahmadi (2010, hlm. 17) menjelaskan penerapan PAIKEM, sebagai
berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk mejadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan sesuai bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
4. Guru menerapkan cara belajar yang lebih kooperatif dan intraktif,
termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasan, dan melibatkan siswa
dalam menciptakan lingkungan sekolah.
Berikut Umi
Habibah (2012, hlm. 27) menjabarkan sintaks dari model pembelajaran PAIKEM:
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Tahap 1
Pendahuluan
|
1. Mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pembelajaran
sebelumnya.
2. Memotivasi siswa.
3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui
konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa.
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran.
|
Tahap 2
Presentasi materi
|
1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasasi oleh
siswa.
2. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan.
|
Tahap 3
Membimbing
kelompok belajar
|
1. Menempatkan siswa ke dalam kelompok belajar.
2. Memberi Lembar Kerja Siswa (LKS).
3. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan
dilaksanakan.
4. Memberikan bimbingan pada kelompok yang membutuhkan.
5. Mengumpulkan hasil kerja kelompok.
|
Tahap 4
Menelaah
pemahaman dan memberikan umpan balik
|
1. Memberikan kesempatan pada kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya.
2. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk
menanggapi hasil presentasi.
3. Memberikan konfirmasi terhadap hasil kerja siswa.
|
Tahap 5
Pengembangan
dan penyerapan
|
1. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
2. Memberikan tugas rumah.
|
Tahap 6
Menganalisis
dan mengevaluasi
|
1. Membantu siswa untuk melakukan refleksi.
2. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran dalam
bentuk tes.
|
Pada
pelaksanaannya, keberhasilan suatu model pembelajaran mencapai hasil yang
beragam. Hal ini bergantung pada indikator kriteria pada suatu model
pembelajaran tersebut. Adapun secara garis besar Indrawati dan Wawan Setiawan
(2009, hlm. 18) menjabarkan kriteria PAIKEM pada tabel berikut:
Kriteria Aktif
|
Kriteria Kreatif
|
Siswa melakukan sesuatu dengan memikirkan
apa yang mereka lakukan seperti:
1. Menulis.
2. Berdiskusi.
3. Berdebat.
4. Memecahkan masalah.
5. Mengajukan pertanyaan.
6. Menjawab pertanyaan.
7. Menjelaskan.
8. Menganalisis.
|
Siswa kreatif apabila:
1. Berpikir kritis.
2. Memecahkan masalah secara konstruktif.
3. Memiliki ide/gagasan yang berbeda.
4. Berpikir konvergen (pemecahan masalah yang benar atau
terbaik).
5. Berpikir divergen (beragam alternatif pemecahan
masalah).
6. Fleksibilitas dalam berpikir (melihat dari berbagai
sudut pandang).
7. Berpikir terbuka.
|
Kriteria Inovatif
|
Kriteria Menyenangkan
|
Ketercapaian target hasil
belajar dapat berupa:
1. Siswa menguasai konsep.
2. Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana.
3. Siswa menghasilkan produk tertentu.
4. Siswa termotivasi untuk belajar.
|
Pembelajaran berlangsung secara:
1. Interaktif.
2. Dinamik.
3. Menarik.
4. Menggembirakan.
5. Atraktif.
6. Menimbulkan inspirasi.
|
Adapun kriteria efektif pada
model pembelajaran PAIKEM tercapai apabila ke empat kriteria lainnya muncul dan
tergambar dalam suatu proses pembelajaran.
Referensi
Ahmadi,
L. K., & Amri S. (2011). PAIKEM
GEMBROT. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Amri,
S., & Ahmadi, K. I. (2010). Proses
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya.
Asmani,
J. M. (2011). 7 Tips Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: DIVA Press.
Habibah,
U. (2012). Penerapan Model PAIKEM untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Datar
pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hikmah Krandon Kota Tegal.
[Online]. Diakses dari: lib.unnes.ac.id.
Indrawati,
& Setiawan, W. (2009). Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK
IPA) untuk Program PERMUTU.
Ismail,
S. M. (2009). Strategi Pengajaran Agama
Islam Berbasis PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Semarang: Rasail.
Kulsum,
U. (2011). Implementasi Pendidikan
Karakter Berbasis PAIKEM. Surabaya: Gena Pratama Pustaka.
Syah,
M., & Kariadinata, R. (2009). Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: Pendidikan
dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Gunung Jati.
EmoticonEmoticon