Model Pembelajaran Langsung
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Amri dan Ahmadi
(2010, hlm. 39) mengemukakan bahwa “model pembelajaran langsung (direct instruction) merupakan salah satu
model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik
dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah”. Pengetahuan deklaratif
merupakan pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural
merupakan pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Arends (dalam
Sugiarto dan Ismawati 2008, hlm. 49) menyatakan bahwa “model pembelajaran
langsung dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan proses pembelajaran para
siswa terutama dalam hal memahami sesuatu (pengetahuan) dan menjelaskannya
secara utuh sesuai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
diajarkan secara bertahap”.
Berdasar pada
sejumlah pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung
adalah model yang menggunakan pendekatan mengajar, yang dapat membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah.
Menurut Amri
dan Ahmadi (2010, hlm. 43-47) model pembelajaran langsung memiliki fase yang
sangat penting. Kelima fase tersebut
dijabarkan, sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
a. Menjelaskan
tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa mereka berpartisipasi
dalam suatu pelajaran tertentu dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat
mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran tersebut. Guru
mengomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa-siswanya melalui rangkuman
rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan
informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya,
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian, siswa
dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap
pelajaran tersebut.
b. Menyiapkan siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan
perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil
belajar yang telah dimiliki, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan
dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok
pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
a. Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa
dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik.
Di dalam melakukan presentasi, guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam
langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah.
b. Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar
yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Mendemonstrasikan
suatu keterampilan atau konsep, agar berhasil guru perlu sepenuhnya menguasai
konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan
demonstrasi untuk mengusai komponen-komponennya.
3. Menyediakan latihan terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru
mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing. Keterlibatan siswa secara
aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi (ingatan), membuat belajar
berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan
konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
4. Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik
Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang disebut dengan
resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk
memberikan umpan balik kepada siswa.
5. Memberikan kesempatan latihan mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase
akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan
rumah atau berlatih secara mandiri merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri.
Model
pembelajaran langsung dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran
guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka
berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka dikembangkan
oleh guru. Banyak guru yang membuat kesalahan dengan mengajar, yakni sebelum
siswa merasa terlibat dan siap secara mental guru langsung memberikan materi
pelajaran.
Menurut
Silbernam (dalam Suryati, dkk. 2008, hlm. 35) model pembelajaran langsung
“melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan
siswa kepada materi pelajaran yang akan diajarkan”. Guru juga dapat
menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan
kegiatan pembentukan kelompok. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan
materi pelajaran apapun.
Adapun
kelebihan penggunaan model pembelajaran langsung, di antaranya:
1. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun
kecil.
2. Dapat digunakan untuk menekankan kesulitan-kesulitan yang mungkin
dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
3. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan.
4. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi
kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan.
5. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada
hasil-hasil dari suatu tugas. Hal ini penting terutama jika siswa tidak
memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
6. Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru
sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Selain memiliki
kelebihan, pada setiap model pembelajaran tentunya akan ditemukan keterbatasan
atau kelemahan. Keterbatasan model pembelajaran langsung, antara lain:
1. Karena guru merupakan pusat dalam cara penyampaian ini, maka
kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada guru. Jika guru tidak tampak siap,
berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi
bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
2. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa.
Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan
hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
Kekurangan
tersebut dapat disiasati oleh guru dengan cara guru harus siap, berpengetahuan,
percaya diri, antusias, dan terstruktur dalam ceramah dan demonstrasi sehingga
kekurangan tersebut dapat diatasi dalam pembelajaran. Ceramah merupakan cara
yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan
bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak
memiliki pengetahuan yang cukup tidak akan merasa dipaksa untuk berpartisipasi.
Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu
tugas. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau
keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
Referensi
Amri,
S., & Ahmadi, K. I. (2010). Proses
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya.
Sugiarto,
T., & Ismawati, E. (2008). Ilmu
Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Nasional.
Suryati,
dkk. (2008). Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
EmoticonEmoticon