Model Pembelajaran Assurance,
Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction (ARIAS)
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Model
pembelajaran Assurance, relevance,
interest, assessment, and satisfaction (ARIAS) merupakan model yang
dikembangkan oleh John M. Keller. Model pembelajaran ini “dikenal secara luas
sebagai Keller’s ARCS Model of
Motivation” (Rahman dan Sofan, 2014, hlm. 39).
Model
pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung
dua komponen, yakni nilai (value)
dari tujuan yang ingin dicapai dan harapan (expectancy)
agar berhasil mencapai tujuan tersebut. Dari dua komponen itu, lalu
dikembangkan menjadi empat komponen model pembelajaran, yakni attention, relevance, confidence, and
satisfaction (ARCS). Menurut Sopah (dalam Rahman dan Sofan, 2014, hlm. 13)
“untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan bermakna, maka urutannya pun
dimodifikasi menjadi assurance,
relevance, interest, assessment, and satisfaction”. Makna dari modifikasi
ini adalah upaya pertama dalam kegiatan pembelajaran yaitu untuk menanamkan
rasa yakin atau percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran memiliki relevansi
dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat atau perhatian
siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan
memberikan penguatan (reinforcement).
Melalui pengambilan huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata
ARIAS sebagai akronim.
Berdasar
sejumlah hal tersebut, model pembelajaran ARIAS merupakan sebuah model pembelajaran
hasil perkembangan dari model pembelajaran ARCS. Perkembangan model
pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk melengkapi model pembelajaran dengan
penilaian yang dapat memudahkan siswa mengetahui hasil dari kegiatan
pembelajaran yang telah mereka lakukan. Model pembelajaran ARIAS juga dapat
menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran karena dalam proses
pembelajaran guru dapat mengintegrasikan model ini dengan strategi pembelajaran
lainnya.
Komponen-komponen
model pembelajaran ARIAS dijelaskan, sebagai berikut:
1. Assurance
Assurance dapat diartikan
sebagai jaminan atau kepercayaan diri. Komponen ini memiliki hubungan dengan
sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk
berhasil. Sikap percaya, yakin, atau harapan akan berhasil mendorong
individu bertingkah laku untuk mencapai
suatu keberhasilan dan melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya sehingga dapat
mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Hakim (2002, hlm. 56) salah satu hal yang dapat dilakukan guru
untuk membangun rasa percaya diri adalah “peran guru yang aktif bertanya pada
siswa”. Pertanyaan tersebut disusun mulai dari yang mudah, tujuannya untuk
memancing keberanian dan tumbuhnya rasa percaya diri untuk bertanya.
2. Relevance
Relevance berhubungan dengan
kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang berhubungan dengan
kebutuhan karir sekarang dan yang akan datang. Relevance membuat siswa merasa kegiatan pembelajaran yang siswa
ikuti memiliki nilai, bermanfaat, dan berguna bagi kehidupan siswa. Siswa akan
terdorong mempelajari sesuatu apabila yang akan dipelajarinya terdapat
relevansi dengan kehidupan siswa dan memiliki tujuan yang jelas.
Tujuan yang jelas dari materi dapat membuat siswa mengetahui kemampuan
apa yang dapat dimiliki dan pengalaman apa yang didapat. Siswa juga dapat
mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan
baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan komponen relevance ini adalah dengan guru
menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan
pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu
bahasa yang dimengerti oleh siswa.
Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dan dapat
menjembatani ke hal-hal baru.
3. Interest
Interest behubungan dengan
minat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Menurut Slameto (2003, hlm. 180)
“minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri”. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar suatu minat.
Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan minat siswa dalam
belajar adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak berdiskusi untuk memilih
topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan, atau mengemukakan masalah
yang perlu dipecahkan, mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, misalnya
variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara
yang sedang, dan mengubah gaya mengajar serta mengadakan komunikasi nonverbal
dalam kegiatan pembelajaran, seperti demonstrasi dan simulasi.
4. Assessment
Assessment adalah “serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program instruksional”
(Hamalik, 2008, hlm. 146).
Assessment memberikan keuntungan
kepada guru dan siswa. Keuntungan ini dapat dilihat bagi guru, assessment merupakan alat untuk
mengetahui apakah yang telah diajarkan telah dipahami oleh siswa, untuk
memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk merekam
apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Begitu juga
siswa, dengan adanya assessment ini
dapat membuat siswa mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang telah mereka
lakukan.
5. Satisfaction
Satisfaction merupakan segala
hal yang berhubungan dengan rasa bangga dan puas atas hasil yang dicapai. Satisfaction merupakan penguatan (reinforcement). Siswa yang telah
berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu akan merasa bangga atau puas atas
keberhasilan tersebut.
Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa
bangga atau puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu
menjadi penguat (reinforcement) bagi
siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Menurut Djamarah (2006,
hlm. 17) menyatakan bahwa “penguatan (reinforcement),
penghargaan yang pantas baik secara verbal antara lain kata ‘bagus’, ‘baik’,
‘betul’, ‘tepat’, dan sebagainya maupun nonverbal (semua gerakan tubuh, seperti
senyuman, anggukan, tepuk tangan, acungan jempol, dan sebagainya) kepada siswa
yang telah menampilkan keberhasilannya”.
Adapun
langkah-langkah model pembelajaran ARIAS menurut Fajaroh dan Dasna (dalam
Rahman dan Sofan, 2014, hlm. 13), sebagai berikut:
1. Tahap assurance
Membantu siswa menentukan kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan
pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Hal ini dapat dilakukan
dengan menampilkan video ataupun gambar seseorang yang telah berhasil. Dengan
adanya hal ini, maka siswa akan bisa menanamkan gambaran positif terhadap diri
sendiri.
2. Tahap relevance
Guru menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada
hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa.
Pengalaman nyata dapat menjembatani siswa ke hal-hal yang baru.
3. Tahap interest
Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk berpartisipasi secara aktif
dalam pembelajaran, misalnya siswa diajak berdiskusi untuk memilih topik yang
akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan, atau menemukan masalah yang perlu
dipecahkan. Guru juga dapat mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran,
misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras
ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.
4. Tahap assessment
Guru mengadakan evaluasi dan memberikan umpan balik terhadap kinerja
siswa, memberikan evaluasi yang objektif dan adil serta segera menginformasikan
hasil evaluasi kepada siswa.
5. Tahap satisfaction
Guru memberikan reinforcement atau
penguatan, penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun nonverbal kepada
siswa yang telah menampilkan keberhasilannya.
Kelebihan
penggunaan model pembelajaran ARIAS, di antaranya:
1. Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai
bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka.
2. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu yang akan dipelajari dan
memiliki tujuan yang jelas.
3. Sesuatu yang memiliki arah tujuan dan sasaran yang jelas serta ada
manfaat mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut.
Di sisi lain
model pembelajaran ARIAS memiliki kelemahan, sebagai berikut:
1. Untuk siswa kurang pintar akan susah mengikuti pembelajaran.
2. Siswa terkadang susah untuk mengingat.
3. Siswa yang malas susah untuk belajar mandiri.
Referensi
Djamarah,
S. B. (2006). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hakim,
T. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya
Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Hamalik,
O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Sinar Grafika.
Rahman,
M., & Sofan, A. (2014). Model
Pembelajaran ARIAS Terintegratif. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.
Slameto
(2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
EmoticonEmoticon