Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Penelitian
tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan classroom
action research sejak lama berkembang di negara-negara maju seperti
Inggris, Australia, dan Amerika. Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan
prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme dalam proses
belajar mengajar di kelas dengan melihat indikator keberhasilan proses
pembelajaran. Di dalam hal ini McNift (dalam Suyanto, 1997, hlm. 2) memandang
“PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri dan
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum,
sekolah, dan pengembangan dalam proses belajar mengajar”.
Pada PTK guru
dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan di kelas.
Melalui PTK, guru dapat melakukan penelitian terhadap siswa dari berbagai aspek
selama proses pembelajaran berlangsung. Guru juga dapat melakukan penelitian
terhadap proses atau hasil yang diperoleh secara reflektif di kelas, sehingga
hasil penelitian dapat dipakai untuk memperbaiki praktik pembelajaran.
PTK juga dapat
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini dapat terjadi
karena setelah seseorang melakukan penelitian terhadap kegiatannya sendiri, di
kelasnya sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri, melalui suatu tindakan
yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi, guru tersebut akan memperoleh
umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini selalu dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat membuktikan apakah suatu
teori pembelajaran dapat diterapkan dengan baik di kelas yang dimiliki. Jika
sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelas, melalui PTK guru
dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses atau produk
pembelajaran yang lebih efektif.
Berdasar uraian
tersebut, PTK secara lebih tegas didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian
yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih
profesional.
Setiap bentuk
penelitian memiliki karakteristiknya tersendiri. Bagi PTK karakteristik yang
menonjol adalah dalam hal masalah yang akan diteliti. Masalah yang diangkat dan
akan dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari permasalahan praktik
pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. PTK akan dapat dilaksanakan
oleh guru jika sejak awal guru menyadari adanya persoalan yang terkait dengan
proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas. Jika guru tidak pernah merasa menemui masalah dalam kegiatan pembelajaran, PTK
tidak diperlukan. Namun, tidak semua guru dapat melihat kekurangannya sendiri.
Persoalan yang muncul kadang kala dianggap sebagai hal biasa sehingga tidak diperlukan
perbaikan diri. Oleh karena itu, perlu bantuan orang lain untuk melihat hal-hal
apa saja yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlansung di kelas. PTK
juga merupakan penelitian tindakan kolaboratif yaitu penelitian yang melibatkan
orang lain untuk bersama-sama menemukan dan merumuskan persoalan pembelajaran
di kelas. Pada konteks ini guru dapat berkolaborasi dengan dosen, teman
sejawat, atau peneliti lainnya untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
Tujuan PTK
terkait erat dengan keinginan seseorang untuk meningkatkan dan atau memperbaiki
praktik pembelajaran di kelas. Penelitian ini selayaknya dilakukan oleh guru,
karena guru adalah orang yang secara langsung berhadapan dengan
permasalahan-permasalahan yang ada di kelas. PTK merupakan cara strategis bagi
guru untuk memperbaiki proses pembelajara di kelas. Hal ini didukung oleh
McNiff (dalam Suyanto, 1997, hlm. 5) yang menegaskan bahwa “dasar utama bagi
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah perbaikan”. Perbaikan di sini
terkait pembelajaran.
Setiap tindakan
dalam proses pembelajaran pasti memiliki tujuan. Keberhasilan suatu tindakan
dapat diukur dengan melihat manfaatnya. Demikian juga dengan PTK, selain
bertujuan meningkatkan dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas,
keberhasilannya diukur dari kemanfaatan tindakan alternatif bagi perbaikan
tersebut.
Adapun manfaat
yang dapat dipetik dari PTK, mencakup (1) inovasi pembelajaran, (2)
pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, serta (3) peningkatan
profesionalisme guru. Pada inovasi pembelajaran guru selalu harus mencoba untuk
mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajar agar ia mampu
melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas. Guru selalu
berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda setiap tahun. Oleh sebab itu, jika
guru mengadakan PTK perlu berangkat dari permasalahan yang dihadapi di kelas
dan menghasilkan solusi terhadap permasalahan tersebut. Melalui proses belajar
seperti demikian, guru tersebut telah melakukan inovasi pembelajaran. Berdasar
aspek pengembangan kurikulum, PTK juga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh
guru. Guru kelas khusus bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum
tingkat kelas maupun sekolah, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu
sumber masukan. Berdasar aspek profesionalisme guru dalam proses pembelajaran
memiliki manfaat yang sangat penting. Guru yang profesional tentu tidak enggan
melakukan perubahan-perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi
kelas. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk
memahami apa yang terjadi di kelas, untuk selanjutnya meningkatkan ke arah
perbaikan secara profesional.
Terdapat empat
(4) bentuk PTK, yakni:
1. Guru sebagai peneliti
Pada bentuk ini merupakan bentuk PTK yang memandang guru sebagai
peneliti memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam
proses PTK. Pada bentuk ini, tujuan utama penelitian ialah meningkatkan praktik
pembelajaran di kelas di mana guru terlibat secara penuh dalam proses
perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi. Paba bentuk penelitian ini, guru
mencari problema sendiri untuk dipecahkan melalui PTK. Sebaliknya keterlibatan
pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mempertajam atau mencari
problema pembelajaran di kelas.
2. Penelitian tindakan
kolaboratif
Pada bentuk penelitian ini, PTK melibatkan sejumlah pihak baik guru,
kepala sekolah, maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan
praktik pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori dan karier guru. Model
penelitian kolaboratif ini dirancang dan dilaksanakan oleh satu tim yang
terdiri atas guru, dosen, dan kepala sekolah. Hubungan antara ketiga pihak
tersebut bersifat kemitraan yang dapat secara bersama-sama memikirkan
persoalan-persoalan yang dihadapi untuk diteliti melalui penelitian
kolaboratif.
3. Simultan integratif
Tujuan utama penelitian simultan integratif adalah untuk dua hal
sekaligus, yakni memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran praktis dan
untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam pembelajaran di kelas. Pada
penelitian ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelas, tertutama aspek
aksi dan refleksi terhadap praktik pembelajaran di kelas. Meskipun demikian,
persoalan-persoalan pembelajaran yang diteliti datan dan diidentifikasi oleh
peneliti dari luar.
4. Administrasi sosial
eksperimental
Administrasi sosial eksperimental lebih menekankan dampak kebijakan dan
praktik. Pada pelaksanaannya guru tidak dilibatkan baik dalam perencanaan, aksi
maupun refleksi terhadap praktik pembelajaran. Guru tidak banyak memberikan
masukan pada proses penelitian ini. Tanggung jawab penelitian sepenuhnya ada
pada pihak luar. Pada bentuk ini peneliti bekerja atas dasar hipotesis
tertentu, kemudian melakukan bentuk tes dalam sebuah eksperimen.
Pada penyusunan
desain dan prosedur PTK perlu dirumuskan terlebih dahulu rencana berdasarkan
informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis. Empat (4) aspek pokok dalam PTK
dijabarkan, sebagai berikut:
1. Penyusunan program
Rencana PTK merupakan tindakan yang tersusun dan dari segi definisi
harus prospektif pada tindakan. Rencana tersebut harus memandang ke depan.
Rencana itu harus mengakui bahwa semua tindakan sosial dalam batas tertentu
tidak dapat diramalkan, dan oleh sebab itu agak mengandung resiko. Rencana harus
bersifat fleksibel untuk dapat diadaptasi dengan pengaruh yang tidak dapat
terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan mempertimbangkan
resiko yang ada dalam perubahan sosial di kelas dan mengakui kendala nyata baik
yang bersifat material maupun psikologis. Tindakan yang akan dilaksanakan
hendaknya dipilih karena memungkinkan peserta didik untuk bertindak secara
lebih efektif dalam berbagai keadaan, secara lebih bijaksana, dan hati-hati.
2. Tindakan
Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan
terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.
Sehubungan dengan hal itu, praktik diakui sebagai gagasan dalam tindakan, dan
tindakan tersebut digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan
berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan.
Tindakan dituntun oleh perencanaan dalam arti bahwa rencana hendaknya
diacu dalam hal dasar pemikiran, namun demikian perlu diingat bahwa tindakan
tersebut tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana. Tindakan itu secara
mendasar mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata dan berhadapan
dengan kendala-kendala di kelas maupun lingkungan, yang secara tiba-tiba dan
tidak terduga. Oleh karena itu, rencana tindakan harus selalu bersifat tentatif
dan sementera, fleksibel, dan siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada.
Salah satu perbedaan antara penelitian tindakan dan tindakan biasa
adalah bahwa penelitian tindakan diamati. Pelakunya bertujuan mengumpulkan
bukti tentang tindakan mereka agar dapat sepenuhnya menilai. Untuk
mempersiapkan evaluasi, sebelum bertindak mereka memikirkan jenis bukti yang
akan diperlukan untuk mengevaluasi tindakan secara kritis.
3. Observasi
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait.
Observasi berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan dasar bagi
refleksi. Observasi yang cermat diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi
oleh kendala realitas dan semua kendala tersebut belum pernah dapat dilihat
dengan jelas di masa lalu. Observasi harus direncanakan, sehingga akan ada
dokumen untuk refleksi berikutnya. Rencana observasi harus fleksibel dan
terbuka untuk mencatat hal-hal yang tidak terduga. Peneliti tindakan kelas
harus selalu memiliki jurnal untuk mencatat hal-hal yang luput dari observasi
dalam kategori observasi yang direncanakan.
Peneliti tindakan kelas harus mengamati proses tindakan, pengaruh
tindakan (yang disengaja atau tidak disengaja), keadaan dan kendala tindakan,
cara keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang
telah direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan-persoalan lain yang muncul.
Observasi harus selalu dituntun oleh niat yang sehat bagi refleksi diri yang
kritis. Observasi memberikan tanda tentang pencapaian refleksi. Dengan cara,
observasi dapat memberikan andil pada perbaikan praktik melalui pemahaman yang
lebih baik dan tindakan yang kritis.
4. Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses,
masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi
mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial dan
memahami persoalan serta keadaan tempat timbulnya persoalan tersebut. Refleksi
biasanya dibantu dengan diskusi. Melalui diskusi, refleksi sampai pada
rekonstruksi makna dan memberikan dasar perbaikan rencana. Refleksi bersifat
evaluatif. Melalui refleksi peneliti diminta untuk menimbang-nimbang
pengalamannya, untuk menilai apakah persoalan yang timbul memang diinginkan,
dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan. Ada
pula pengertian bahwa refleksi itu deskriptif, yaitu memungkinkan dilakukan
peninjauan, pengembangan gambaran tentang apa yang sekarang dilakukan untuk
kelompok dan untuk tiap-tiap anggota bertanggung jawab dalam rangka mencapai
tujuan.
Referensi
Suyanto
(2007). Pedoman Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik Bagian Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
EmoticonEmoticon