Model Pembelajaran Learning Together (LT)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Model
pembelajaran learning together (LT)
termasuk dalam model pembelajaran tipe kooperatif. Menurut Slavin (2005, hlm.
250) model pembelajaran learning together
(LT) adalah “salah satu model pembelajaran kooperatif dengan penggunaan
kelompok pembelajaran yang heterogen, interaksi tatap muka yang saling
membantu, saling mendukung, dan saling mendukung, serta menekankan pada
tanggung jawab individual dan kelompok kecil demi keberhasilan pembelajaran”.
Model pembelajaran learning together (LT)
menemukan hubungan pertemanan yang jauh lebih dekat antara siswa, daripada
model-model yang bersifat individualisasi di mana para siswa tidak diberi
kesempatan untuk berinteraksi.
Pada model
pembelajaran learning together (LT),
siswa membentuk kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok diminta untuk
menghasilkan satu tugas kelompok. Guru berperan mengawasi kelompok-kelompok
tersebut. Jika menemukan kesulitan, setiap siswa diminta untuk mencari bantuan
dari teman-teman satu kelompoknya terlebih dahulu, sebelum meminta bantuan
kepada guru.
Learning together (LT) menekankan empat
unsur berikut:
1. Interaksi tatap muka, yakni para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang.
2. Interpendensi positif, yakni para siswa bekerja sama untuk mencapai
tujuan kelompok.
3. Tanggung jawab individual, yakni para siswa harus memperlihatkan
bahwa mereka secara individual telah menguasai materi.
4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil, yakni para
siswa diajari mengenai saran-saran yang efektif untuk bekerja sama dan
mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan
mereka.
Adapun sintaks atau langkah-langkah model
pembelajaran learning together (LT)
yang dikembangkan oleh David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2009, hlm. 25) sebagai
berikut:
1. Membagi siswa menjadi empat atau lima kelompok.
2. Anggota kelompok bersifat heterogen.
3. Setiap kelompok diberi tugas yang harus dikerjakan secara
bersama-sama oleh setiap kelompok.
4. Hasil pekerjaan setiap kelompok dinilai oleh guru.
5. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok atas pekerjaan yang
telah dihasilkan.
6. Penghargaan dapat berupa pujian atau bentuk lain yang bersifat
mendidik sehingga dapat menumbuhkan semangat siswa untuk lebih berprestasi.
Kelebihan model
pembelajaran learning together (LT),
antara lain:
1. Siswa lebih mudah menemukan pilihan pertemanan secara signifikan
saat belajar bersama dibandingkan belajar sendiri.
2. Menghilangkan kesenjangan antara siswa pintar dengan yang kurang
pintar.
3. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena diberi bahan
diskusi oleh guru dan harus berpikir kritis dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru.
4. Meningkatkan kerja sama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar
bersama.
5. Melatih tanggung jawab dan rasa percaya diri siswa.
6. Siswa termotivasi untuk memperdalam pemahamannya dalam menguasai
materi.
Sedangkan kelemahan model
pembelajaran learning together (LT),
di antaranya:
1. Hanya cocok diterapkan untuk kegiatan diskusi atau presentasi.
2. Memerlukan waktu yang relatif lama dan sedikit membosankan.
3. Tidak dapat melihat kemampuan masing-masing siswa karena mereka
bekerja dalam kelompok.
4. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada
temannya untuk mencarikan jawaban.
Referensi
Slavin,
R. E. (2005). Cooperative Learning.
London: Allymand Bacon.
Slavin,
R. E. (2009). Cooperative Learning
(Teori, Riset, Praktik). Bandung: Nusa Media.
EmoticonEmoticon