Metode Socratic Circles
Karya: Rizki Siddiq
Nugraha
Kata socratic berasal dari nama Socrates,
seorang filosof yang sangat terkenal dan berpengaruh pada pengembangan
keterampilan berpikir kritis. Selama berabad-abad, ia dikagumi sebagai orang
yang memiliki integritas dan intelektual, serta dianggap sebagai seorang
pemikir kritis. “Karena kemampuannya dalam berpikir kritis, namanya diabadikan
sebagai pertanyaan socratic” (Redhana,
2012, hlm. 352). Secara historis, Socrates banyak bergulat mengenai isu-isu
terkait kehidupan manusia yang mempertanyakan tentang kebaikan, moral, dan
keadilan.
Metode socratic circles merupakan suatu metode
pembelajaran yang digunakan dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan
pertanyaan-pertanyaan. Dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan tersebut
dihadapkan peserta didik mampu/dapat menemukan jawabannya, saling membantu
dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
Metode
pembelajaran socratic circles tidak
berpaku pada penjelasan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan,
menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, dan dengan menanyakan lebih jauh
lagi. Sehingga peserta didik terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka
sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan
terperinci. Menurut Yunarti (2011, hlm. 47) metode socratic circles adalah “sebuah proses diskusi yang dipimpin guru
untuk membuat peserta didik mempertanyakan validitas penalaran atau untuk
mencapai sebuah kesepakatan”. Metode ini memudahkan peserta didik untuk
mendapatkan pemahaman secara berangkai dari bentuk tanya jawab yang dilakukan.
Lebih lanjut Copeland (dalam Indratun, Pribadi, dan Prasetyo, 2016, hlm. 248)
mendefinisikan metode socratic circles sebagai
“suatu metode pembelajaran dengan menggunakan sederetan pertanyaan”. Berdasar
sederetan pertanyaan tersebut diharapkan peserta didik mampu menemukan
jawabannya atas dasar kecerdasan dan kemampuannya sendiri.
Metode socratic circles membangun keterampilan
berpikir kritis peserta didik dan menjadi sarana yang baik untuk mengembangkan
berbagai keterampilan akademik. Metode ini aktif melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Untuk itu, peserta didik akan mempunyai rasa percaya diri,
dapat berpikir kritis, rasional, dan ilmiah, mendorong peserta didik untuk
aktif belajar, serta menumbuhkan motivasi dan keberanian dalam mengemukakan
pendapat.
Jawaban atas
rangkaian pertanyaan yang diajukan pada penerapan metode socratic circles tidak ada yang benar-benar bersifat final. Hal ini
disebabkan setiap jawaban selalu terbuka untuk dipertanyakan kembali. Diskusi
atau dialog socratic berawal dari
ketidaktahuan. Plato (dalam Driyarkarya, 2006, hlm. 139) “menamakan ketidaktahuan
socratic ini sebagai euroneia, artinya pura-pura tidak
mengerti”. Karena ketidakmengertian itulah, maka peserta didik cenderung terus
bertanya. Dengan demikian, peserta didik lain makin lama makin merasakan
kekuurangan pengertiannya dan akhirnya mengakui bahwa belum mengerti.
Menurut Johnson
dan Johnson (2002, hlm. 194) “proses pembelajaran yang menerapkan metode socratic circles adalah pembelajaran
yang dibangun dengan memberikan serangkaian pertanyaan yang tujuannya
mengetahui sesuatu isi terkait materi tertentu”. Metode ini memudahkan peserta
didik mendapatkan pemahaman secara berangkai dari bentuk tanya jawab yang
dilakukan. Adapun tahapan prosedural dari metode socratic circles dijabarkan sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan deretan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
kepada peserta didik dengan memberi tanda atau kode-kode tertentu yang
diperlukan.
2. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik dan
diharapkan peserta didik dapat menemukan jawaban yang benar.
3. Guru mengajarkan mengapa pengetahuan tersebut penting dan bagaimana
pengetahuan tersebut dapat diterapkan
untuk pemecahan masalah.
4. Guru menuntun eksplorasi peserta didik dengan melaksanakan peran
sebagai berikut:
a. Membiarkan peserta didik bereksplorasi secara aktif.
b. Membantu peserta didik dalam menghubungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan terdahulu.
c. Membantu peserta didik membentuk dan menginternalisasi
representasi masalah atau tugas.
d. Membantu peserta didik mengidentifikasi persamaan antara masalah
baru dan pengalaman yang lalu, yang berisikan masalah serupa.
5. Guru memberikan umpan balik mengenai benar atau kurang tepatnya
jalan pikiran dan jalur pemecahan masalah. Penekanan teknik bertanya ala
Socrates adalah penjelasan konsep-konsep dan gagasan-gagasan melalui penggunaan
pertanyaan-pertanyaan pancingan.
6. Jika pertanyaan yang diajukan tersebut terjawab oleh peserta didik,
maka guru dapat melanjutkan/mengalihkan pertanyaan berikutnya hingga semua
pertanyaan dapat terjawab oleh peserta didik.
7. Jika pada setiap pertanyaan yang diajukan ternyata belum memenuhi
tujuan, maka guru hendaknya mengulangi kembali pertanyaan tersebut. Dengan cara
memberikan sedikit ilustrasi, apersepsi, dan sekedar meningkatkan serta
memudahkan berpikir peserta didik dalam menemukan jawaban yang tepat.
Menurut Johnson
dan Johnson (2002, hlm. 194) metode socratic
circles memiliki kelebihan, antara lain:
1. Membimbing peserta didik berpikir rasional dan ilmiah.
2. Mendorong peserta didik untuk aktif belajar dan menguasai ilustrasi
pengetahuan.
3. Menumbuhkan motivasi dan keberanian dalam mengemukakan pendapat dan
pikiran sendiri.
4. Memupuk rasa percaya diri sendiri.
5. Meningkatkan partisipasi peserta didik dan berlomba-lomba dalam
belajar yang menimbulkan persaingan dinamis.
6. Menumbuhkan disiplin.
Menurut Johnson
dan Johnson (2002, hlm. 194) metode socratic
circles memiliki kelemahan, di antaranya:
1. Metode socratic circles dalam
pelaksanaannya masih sulit dilaksanakan pada kelas rendah, sebab peserta didik
belum mampu berpikir secara mandiri.
2. Metode socratic circles terlalu
bersifat mekanis.
3. Terkadang tidak semua guru siap menggunakan metode socratic circles, karena metode ini
menuntut guru maupun peserta didik sama-sama aktif untuk belajar dan menguasai
bahan pelajaran.
Referensi
Driyarkarya
(2006). Karya Lengkap Driyarkarya:
Esai-Esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Indratun,
A., Pribadi, T. A., & Prasetyo, A. P. B. (2016). Pengaruh Metode Socratic
Circles Disertai Media Gambar dalam Pembelajaran Ekosistem terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa. Journal of Biology
Education. 5(3), hlm. 247-253.
Johnson,
D. W., & Johnson, R. T. (2002). Cooperative Learning Method: A
Meta-Analysis. Journal of Research in
Education. 1(1), hlm. 192-204
Redhana,
I. W. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pertanyaan Socratik untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan. 3(1), hlm. 350-362.
Yunarti,
T. (2011). Pengaruh Metode Socrates
terhadap Kemampuan dan Deskripsi Berpikir Kritis Siswa. (Skripsi). Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
EmoticonEmoticon